Suasana yang tenteram itu bisa ditemui di Dusun Bambu di kawasan Cisarua, Bandung, Jawa Barat. Jauh dari hiruk-pikuk kota besar, kita menemukan sebuah oase untuk melepas penat. Saat pagi dimulai dengan kicauan burung, gemericik air dan desiran angin yang menggoyang rumpun-rumpun pokok bambu.
Lantunan kecapi suling sayup-sayup menyelusup ke bilik-bilik kamar yang menghadap ke hamparan sawah yang menghijau. Di antara pematangnya, rombongan mentok berjalan beriringan. Kicaunya yang ramai mengantar kenangan pada alam Priangan yang teduh.
Deretan warung ini menyatu dengan Pasar Khatulistiwa, sebuah minimarket yang khusus menjual oleh-oleh tradisional khas Jawa Barat. Di situ para pramusaji berseliweran membawa nampan-nampan pesanan, yang membuat mata otomatis melirik. Ada nasi timbel, soto bandung, bakso yamin. Ah, begitu banyak pilihan!
Sarang burung
Mari kita masuki ”ruang makan” Lutung Kasarung yang memiliki desain unik. Dari kejauhan, deretan bangunan yang ”bertengger” di atas pohon dan dibalut oleh ranting-ranting kering itu bak sarang-sarang burung raksasa. Antara satu sarang dan sarang lain dihubungkan dengan jembatan kayu yang dirancang melengkung.
Untuk bisa bersantap di rumah sarang ini, biaya sewa per jam Rp 100.000. Relatif terjangkau bagi pengunjung yang ingin merasakan sensasi bersantap di ketinggian. Begitu pintu kaca ditutup, ruangan yang seluruhnya berperabot kayu dan bambu ini seperti kedap terhadap keriuhan di luar. Menu yang ditawarkan semuanya bisa dipesan dari pusat jajanan dengan harga terjangkau. Somay bandung, misalnya, dihargai Rp 25.000, sate ayam dan kambing Rp 35.000, ketan bakar Rp 12.000, atau soto bandung Rp 40.000.
”Semua pedagang yang ada di food court ini sebagian besar kami ambil dari jajanan tradisional terbaik yang ada di Bandung. Jadi memang melalui proses seleksi. Sebelumnya kami sudah keliling-keliling dulu untuk mencari jajanan mana yang paling disukai orang-orang,” ujar Front Office Supervisor Dusun Bambu Asep Heri.
Untuk semua
Jika memang berniat untuk menikmati keelokan alam Priangan ini dengan lebih tenang, memang sebaiknya tidak datang pada akhir pekan. Resor yang luasnya sekitar 15 hektar ini relatif bisa dijangkau berbagai lapisan masyarakat. Tak mengherankan, pada akhir pekan, tempat ini padat pengunjung. ”Kalau weekend bisa sampai ribuan orang yang datang,” tambah Asep.
”Tapi, seandainya ada tamu yang ingin suasana yang lebih eksklusif, kami memiliki penginapan dan camping ground yang privacy -nya terjaga. Jadi tidak ada orang yang lalu lalang ke sana. Atau bisa juga makan lesehan di saung-saung di pinggir danau, dengan sewa Rp 125.000-Rp 150.000,” tambah Asep.
Mau mahal atau murah, mau menyepi atau beramai-ramai, kebahagiaan yang didapat tetaplah sama: makan enak dan pemandangan indah. (Myrna Ratna)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.