Dari Desa Pancasila, perjalanan dimulai pukul 8.00 WITA, dengan terlebih dulu berjalan kaki sejauh empat kilometer menuju Pintu Rimba. Mengingat saat ini habis hujan, jalur menuju Pintu Rimba begitu becek. Maklum, jalan masih berupa tanah. Di kiri-kanan jalan, tumbuh lebat pohon-pohon kopi. Desa Pancasila memang menjadi salah satu penghasil kopi Tambora.
Dari Pintu Rimba, tim menuju Pos 1. Di ruas ini, jalan didominasi tanjakan landai, ditemani beberapa gemericik mata air. Total waktu dari Desa Pancasila ke Pos 1 adalah sekitar tiga jam.
Menjelang Pos 1, kami dikejutkan oleh suara tembakan. Ternyata, ada satu peleton anggota Kopassus yang sedang melaksanakan latihan, sebagai bagian dari kegiatan Ekspedisi NKRI 2015.
Dari Pos 2 ke Pos 3, kami mesti melewati sungai kecil berair deras. Setelah melewati bagian ini membutuhkan kehati-hatian ekstra karena jalur yang sempit dan licin.
Kami sampai di Pos 3 menjelang Ashar, dan memilih untuk berkemah di sini. Pada pukul 1.00 malamnya, kami berkemas untuk menuju Puncak.
Dari Pos 3 ke Pos 4 merupakan jalur "neraka jelatang" karena begitu banyaknya tanaman ini di kiri-kanan jalur yang kian rapat oleh vegetasi hutan hujan. Kami sempat terkena dampaknya, yang serupa gigitan tawon: panas, pedih, perih.
Hanya butuh 30 menit dari Pos 3 ke Pos 4, begitu pula dari Pos 4 ke Pos 5, namun jalur kian menanjak. Penyiksaan sesungguhnya dimulai dari Pos V ke puncak: tanjakan kian terjal dan curam, dengan jalan berbatu. Menuju puncak utama juga butuh perjuangan besar karena jaraknya yang jauh dari batas vegetasi puncak.
Tim berhasil mencapai puncak pada pukul 6.00. (Firman Firdaus)
Ikuti terus perjalanan tim Ekspedisi 200 Tahun Gelegar Tambora lewat media sosial (Twitter, Facebook, Instagram) dengan tagar #Tambora200
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.