Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajinan Perak Kotagede, dari VOC hingga Orde Baru

Kompas.com - 11/05/2015, 15:37 WIB
Mentari Chairunisa

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Mungkin tak banyak yang mengetahui kerajinan perak Kotagede Yogyakarta ternyata sudah berkembang sejak zaman penjajahan Belanda dulu. Mulanya, kerajinan perak khas Yogyakarta ini hanya membuat pesanan untuk keraton Yogyakarta saja. Namun, istri Gubernur Belanda pada masa itu, Mary Agnes mencoba mengembangkan industri kerajinan ini.

“Ini merupakan campur tangan istri Gubernur Belanda pas zaman VOC, karena VOC harus mengembangkan sosial budaya daerah,” jelas pemilik Priyo Salim Silver Jewelry, Priyo Salim, Sabtu (9/5/2015).

Priyo Salim merupakan salah satu pemilik industri kerajinan perak yang cukup ternama di Kotagede. Dia mengakui, usahanya ini dirintis sejak zaman orang tuanya dulu. Hal itulah yang membuat Priyo sedikit banyak mengetahui jatuh bangun industri kerajinan perak Kotagede ini.

Meskipun mengalami masa kejayaan pada 1930, namun kejatuhan perak pertama dialami industri perak Kotagede ini terjadi pada 1942 ketika Jepang datang. Namun, usai kemerdekaan, Presiden Soekarno menghidupkan kembali industri ini dengan menyediakan bahan baku dengan harga murah di bawah rata-rata yang ditetapkan pada saat itu. Sayangnya, niat baik ini disalahgunakan oleh segelintir pihak sehingga terpaksa membuat industri kerajinan perak jatuh kembali.

“Ada saja orang jahat waktu itu, (orang) yang baik subsidi itu dipakai untuk produksi, yang jahat dijual lagi,” ungkap Priyo.

Kejatuhan kedua kali tersebut lantas tak langsung mematikan industri ini. Pada era Presiden Soeharto, dibuatlah Koperasi Produksi Pengusaha Perak Kotagede Yogyakarta (KP3Y) yang menjadikan perak Kotagede ini menjadi suvenir kenegaraan. Menurut Priyo, masa ini seakan menjadi masa keemasan kedua bagi industri perak Kotagede. Sayang, lengsernya Soeharto pada 1998 turut melengserkan kembali kerajinan perak ini.

KOMPAS.COM/MENTARI CHAIRUNISA Deretan cincin perak bermatakan batu akik menjadi tren di kalangan perajin perak Kotagede, Yogyakarta.
“Harga bahan baku perak dari 400 ribu rupiah ke 3 juta rupiah. Perusahaan biasa terasa sekali (dampaknya), tapi kalau yang ekspor masih bisa hidup,” jelas pria yang telah melakukan ekspor perak ke Amerika sejak 1990 ini.

Sempat hancur di tahun 1998, industri ini lantas mencoba bangkit perlahan demi menyambung kerajinan bersejarah ini. Sayangnya, satu dekade kemudian, tepatnya 2008, perak dunia mengalami kehancuran yang cukup parah. Amerika Serikat, yang menjadi sasaran ekspor Priyo, mengalami krisis parah sehingga banyak eksportir terpaksa mem-PHK karyawannya. Tak sampai di situ, pemberlakuan pajak sebesar 10 persen, menurut Priyo, turut menyulitkan perajin perak.

Jatuh bangun yang dialami perajin perak Kotagede tak lantas meredupkan industri khas ini. Sedikit demi sedikit mereka bangkit dengan membuat beragam perhiasan dan aksesoris guna dijadikan suvenir khas Kotagede yang menyasar pada wisatawan. Tak berhenti sampai di situ demam batu akik hadir bak menawarkan angin segar bagi para perajin. Sebab, tak sedikit para pemilik batu akik memesan cincin perak guna menjadi ikat bagi batu akik yang dimilikinya itu.

“Demam batu akik menolong ya, ikat akiknya itu,” tambah pemilik toko di Jalan Kemasan 50 Kotagede itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com