Badannya terbalut gaun panjang berwarna putih, di kepala bertengger wig pirang benderang. Tak lupa kacamata hitam dan senyum lebar berhias gincu merah merona.
Dandanan menor dan suara lantang sang wanita kontan menghentikan langkah sekelompok pengunjung yang sedang berlalu lalang di keramaian jalan pusat turisme La Rambla, Barcelona, Spanyol, siang itu, menjelang akhir Februari.
Mereka membalas lambaian tangan “Marilyn Monroe” sambil ikut tersenyum dan tertawa cekikikan.
Beberapa orang yang penasaran mendekati pintu masuk bangunan yang terletak persis di seberang pasar La Boqueria tersebut. Sejumlah pemudi tampak tersipu dan urung melangkah masuk. Mungkin mereka malu.
Berbeda dengan mereka, didesak rasa penasaran yang menggebu, saya bersama seorang rekan jurnalis yang juga berasal dari Indonesia, mulai mendaki tangga menuju area lobi museum yang berada di lantai dua.
Film bisu dan foto hitam-putih
Di ujung tangga terdapat sebuah loket tempat membeli tiket masuk. Tarifnya 9 Euro per orang, sudah termasuk segelas champagne, atau lebih tepatnya cava, sparkling wine ala Spanyol karena hanya anggur putih berkarbonasi asal wilayah Champagne, Perancis, yang boleh menyandang nama minuman itu.
Tiga buah manekin perempuan yang dipasangi lingerie di area lobi seakan mempersiapkan pengunjung untuk melihat aneka pemandangan erotis di dalam museum. Ada juga potongan foto wanita topless, tapi ini belum apa-apa.
Museum Erotis Barcelona atau Museu de l’Erotica dalam bahasa Catalan ini ternyata tak sebegitu besar. Hanya menempati satu dari empat lantai yang ada di gedung.
Lantai dibagi-bagi lagi menjadi beberapa ruangan tak berpintu yang masing-masing menampung benda-benda berbau erotis dan sensualisme dari zaman-zaman dan wilayah dunia berbeda.
Pengaturan ruangan-ruangannya bisa dibilang melingkar. Pengunjung diarahkan ke ruangan pertama di sebelah kanan pintu masuk, untuk kemudian berjalan memutar ke pintu keluar di sebelah kiri.
Begitu melangkah masuk ke ruangan pertama, saya langsung disambut pemandangan yang membuat garuk-garuk kepala dan senyum-senyum salah tingkah.
Betapa tidak, di dalamnya tertampang koleksi puluhan foto porno jadul. Blak-blakan, tanpa sensor dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Warnanya cuma hitam putih karena berasal dari tahun-tahun awal abad ke-20, serta akhir abad ke-19. Meski demikian, pose para model pria dan wanita -entah siapa mereka- tanpa busana di dalamnya tak kalah heboh dibanding foto porno modern.