BANYUWANGI, KOMPAS.com - Ada menu khas yang hanya ada saat Lebaran di Dusun Wijenan Kidul Desa Singolatren Kecamatan Singonjuruh. Namanya Geseng, yang terbuat dari entok atau itik (Cairina moschata) yang dimasak dengan bumbu sederhana yaitu kemiri, cabai, dan kunyit.
Namun hal yang membuat Geseng memiliki cita rasa unik adalah irisan daun wadung yang dimasak bersama dengan daging entok.
"Geseng ini hanya ada di Dusun Wijenan Kidul, di dusun sebelah saja tidak ada. Dan hampir semua rumah akan masak geseng. Jadi nggak ada yang namanya gule atau opor ayam di sini saat Lebaran," jelas Apandi, Kepala Desa Singolatren kepada Kompas.com, Selasa (12/7/2016).
Menu geseng sendiri hanya muncul pada saat acara keagamaan Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, atau Maulid Nabi Muhammad. Saat Lebaran, satu keluarga bisa memasak sampai lima ekor itik ukuran besar.
"Siapapun yang datang ke sini selalu yang dicari Geseng. Bahkan kerabat dari luar kota pun jauh-jauh hari kalau ke Banyuwangi yang minta dimasakin Geseng karena memang nggak dijual di warung," tambahnya.
Mereka membeli entok dalam keadaan hidup di pasar dengan harga rata-rata Rp 125.000 per ekor menyesuaikan ukurannya. Lalu untuk daun wadung sendiri mereka mencarinya di daerah bukit atau kebun.
Hanya pupus atau daun mudanya yang bisa dimasak. Uniknya, menurut Apandi, pada musim musim jelang Lebaran pupus daun wadung tumbug dengan lebat.
"Sayangnya wadung tidak bisa ditanam tapi tumbuh liar. Biasanya yang digunakan itu buahnya buat asam wadung pengganti asam jawa. Jarang ada yang tahu kalau daunnya yang muda bisa dibuat masakan," jelas Apandi.
Jika sudah jelang Lebaran, daun wadung susah didapatkan di desa sekitar sehingga harus masyarakat harus mencari ke desa tetangga.
Susahnya mencari daun wadung membuat menu Geseng tidak bisa dijual secara bebas setiap hari di warung makanan.
Sementara itu Hatamah (46), warga Dusun Wijenan Kidul, Desa Singolatren, Kecamatan Singonjuruh kepada Kompas.com menjelaskan cara memasak Geseng. Daging entok dipotong-potong kecil lalu dicuci bersih.
Kemudian bumbu kunir, kemiri, cabai besar, dan cabai rawit dihaluskan dan dicampur dengan minyak kelapa. Bahan-bahan tersebut kemudian diletakkan di atas wajan besar dan dipanaskan termasuk juga irisan daun muda (pupus) wadung.
"Nggak perlu pakai bawang-bawangan dan nggak usah ditumis. Nanti kan dagingnya mengeluarkan air terus ditambah air lagi dan dibiarkan sekitar satu jam di atas api sedang," jelasnya.
Untuk pedasnya juga disesuaikan dengan selera. Geseng akan lebih nikmat jika diinapkan semalam. Hatamah mencontohkan jika dimasak sore maka akan lebih lezat jika dinikmati pada pagi keesokan harinya.
"Tinggal panaskan lagi dan habis nasi hangat sebakul," ujarnya sambil tersenyum.
Rasa Geseng yang gurih, pedas, dan sedikit asam yang didapatkan dari daun wadung memang layak dicoba. Bumbunya meresap ke dalam daging entok yang lembut dan gurih. Sama sekali tidak alot.
Jadi kalau Anda ingin menikmatinya mampir saja ke Dusun Wijenan Kidul Desa Singolatren Kecamatan Singonjuruh. Tuan rumah akan senang hati menjamu Anda dengan Geseng dan sebakul nasi hangat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.