Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ke Manado, Jangan Lupa Makan Bubur Manado di Jalan Wakeke

Penasaran dengan rasanya? Namun, jangan coba cari bubur manado di Manado, karena nama asli kuliner ini ialah tinutuan, yang akrab dipanggil bubur manado oleh wisatawan.

Tempat yang harus Anda kunjungi untuk mencoba kuliner ini ialah Jalan Wakeke. Di sana merupakan salah satu jalan di dekat jantung Kota Manado tempat berjejernya penjual tinutuan.

"Kalau cari tinutuan di Manado, ke Jalan Wakeke saja, d isana sentranya mulai dari yang legendaris juga ada," ujar Ari supir sekaligus pemandu saat KompasTravel berkunjung ke Manado dalam perayaan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN), Kamis (30/8/2018).

Benar saja, belasan kios mulai tenda sampai garasi menjual bubur khas ini. Namun saat itu waktu sudah menujukan pukul 17.19 WITA, beberapa kios sudah mulai menutup pintunya.

Salah satu yang masih buka saat itu ialah Kios Teratai, di Jalan Wakeke nomer 15 A, tepat di bawah rumah sewa Residen Wakeke.

Bagi Anda yang pertama kali mencoba, mungkin akan terheran melihat hidangan yang disebut bubur ini, karena komposisinya lebih banyak sayur dibanding beras, atau adonan buburnya.

Namun, warna warni labu, singkong, kangkung, kemangi, bayam, dan jagung membuat saya makin penasaran akan citarasanya. Satu lagi yang khas dari bubur ini ialah keberadaan sayur gedi.

"Yang sulit di Jawa itu ini (daun gedi) khas sini punya," tutur Edi sembari menunjukan daun mirip genjer tersebut pada KompasTravel di dapurnya, Manado, Kamis (30/8/2018).

Kios yang baru berdiri dua tahun ini, meracik tinutuan atau bubur manado cukup apik. Tekstur sayur masih terasa segar dan renyah walau dilumat bubur yang panas.

Jagung pun dipilih jagung manis yang lembut berasal dari perkebunan Manado dan sekitarnya. Ikan cakalang fufu yang merupakan olahan ikan cakalang diasap lalu dibumbui, juga nike yang merupakan ikan teri khas Danau Tondano menambah gurih tiap suapan tinutuan.

"Jangan lupa sambal roanya, pas bubur panas paling enak pakai itu sambal," ungkap Edi saat mengantar hidangan.

Ia mengungkapkan sayur dan beberapa bahan dimasukan terakhir, agar tidak hancur. Selain itu juga rasa dan kualitas masih terjaga.

"Pertama justru singkong dan labu sampai sedikit hancur. Baru beras dan sayuran, mangkanya masih segar. Semua serba baru, satu porsi pun dilayani baru, supaya hangat dan enak," tuturnya.

Ia mengaku hanya menggunakan garam, dan sedikit vetsin, sisanya ia pasrahkan pada citarasa tiap bahan baku yang ada di bubur.

Satu piring tinutuan dijual seharga Rp 13.000, sedangkan cakalang fufu Rp 12.500 satu porsi isi lima potong, dan goreng nike Rp 5000 isi empat buah.

"Sudah dua tahun (berdiri), baru memang, tapi rasanya ki punya lebih enak dan murah. Saya juga bingung kenapa orang jual tinutuan mahal sekali di sini," tuturnya.

edi mengatakan kiosnya buka mulai pukul 07.00 hingga tutup 18.00 WITA.


https://travel.kompas.com/read/2018/09/03/200500627/ke-manado-jangan-lupa-makan-bubur-manado-di-jalan-wakeke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke