Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gunung Sewu Memiliki Keindahan yang Tak Dimiliki Kawasan Lain

Kawasan Gunung Sewu menjadi diangkat menjadi UNESCO Global Geopark memiliki perjalanan panjang. Tidak mudah untuk memperoleh kepercayaan badan dunia PBB itu dan ditetapkan sebagai salah satu warisan dunia.

"Panjang perjalanannya, tetapi tidak banyak yang mengetahuinya," kata General Manager Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, Budi Martono saat dihubungi Rabu (12/9/2018).

Menurut Budi, awalnya sebelum tahun 2009 bernama Geopark Pacitan. Tahun 2010 diusulkan ke UNESCO, tetapi ditolak. September 2013 diusulkan menjadi geopark global. Namun hasil penilainnya ditunda harus dilengkapi terlebih dahulu.

Ada sembilan rekomendasi saat itu yang harus ditindaklanjuti.

"Setelah ditolak baru berganti nama Geopark Gunung Sewu, dan ditetapkan menjadi geopark nasional pada 13 Mei 2013 oleh Komite Nasional Geopark Indonesia," ucapnya.

Geopark Gunung Sewu memiliki luas hingga mencapai 1.802 kilometer persegi yang terbagi menjadi tiga geoarea, yaitu Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan.

Adapun masing-masing kawasan memiliki geosite yakni Gunungkidul 13 lokasi, Wonogiri memiliki 7 lokasi, dan Pacitan memiliki 13 lokasi.

"Geologi Daerah Gunung Sewu merupakan hasil dari proses-proses deposisi dan tektonik, serta proses permukaan, menghasilkan hamparan batuan karbonat dengan variasi bentuk bentang alam, berbagai fosil, struktur deformasi, dan keunikan hidrogeologi," katanya

"Kawasan Gunung Sewu juga menjadi daerah penelitian berbagai aspek ilmu pengetahuan. Contohnya geologi,air tanah, biologi, arkeologi, sejarah alam, budaya dan sebagainya," tuturnya.

Geopark merupakan konsep untuk mensejahterakan masyarakat lokal berbasis konservasi warisan geologi (geo heritage). "Dalam geopark setidaknya harus terkandung 3 unsur penting yaitu: pendidikan, ekonomi dan konservasi.

Tahun 2019 akan dilakukan revalidasi atau penilaian ulang terkait apakah Gunung Sewu masih layak sejajar dengan warisan dunia lainnya. Atau harus turun kasta. "Perlu dukungan semua pihak agar Gunung Sewu tetap bertahan di UNESCO," ujarnya.

Adapun geosite geoarea Gunungkidul meliputi: Goa Pindul, Goa Jomblang, Goa Kalisuci, Gunung Api Purba Nglanggeran, Lembah Ngingrong, Bengawan Solo Purba, Hutan Turunan, Hutan Wanagama, Pantai Wediombo/Siung, Pantai Baron/Krakal, Situs Fosil Kalingalang, Luweng Cokro, dan Goa Jlamprong.

Geosite geoarea di Pacitan yakni: Pantai Klayar, Antai Buyutan, Pantai Srau, Pantai Karung, Goa Gong, Goa Tabuhan, Goa Jaran, Luweng Ombo, Luweng Jaran, Song Terus, Sungai Baksoka, Telaga Guyang Warak, dan Teluk Pacitan.

Menurut Budi, Presiden Joko Widodo berkomitmen untuk menjaga kelestarian geopark. Untuk itu pihaknya berharap meski kemungkinan polemik keberadaan peternakan ayam di desa Pacarejo, Kecamatan Semanu, tidak akan berpengaruh terhadap penilaian kembali geopark tahun 2019. Namun, diperlukan komitmen semua pihak untuk melestarikan.

"Saya kira tidak. Polemik ini kan pasti ada tindak lanjutnya, dan bila benar ada dampak (terkait pencemaran) bisa mempengaruhi revalidasi (Penilaian kembali geopark oleh UNESCO) 2023," katanya.

Kehati-hatian ini diperlukan karena karakteristik kawasan karst berbeda dengan kawasan lainnya, karena air dari permukaan mudah larut ke dalam tanah.

"Pandangan hidro geologi, kawasan karst mudah tercemar karena kecepatan lajunya air yang berkembang bukan tipikal seperti di Jogja, karena air mudah melewati celah atau retakannya. Itu mungkin kekhawatiran dari pihak-pihak memang kondisinya seperti itu, memang ada potensi ancamannya," katanya.

"Pihak dari pemberi izin (pemerintah) memonitor menjamin bahwa itu (pencemaran) tidak terjadi kalau memang diizinkan. Kalau diperbolehkan harus ada jaminan (tidak mencemari)," ucapnya.

Wahyu mengatakan, jika terjadi pencemaran dan masuk ke dalam tanah sehingga mencemari lingkungan di bawahnya akan sulit dilakukan perbaikan.

"Kalau sudah terjadi pencemaran akan sulit. Kalau dia (air limbah) masuk ke kawasan goa untuk wisata cost-nya sangat mahal sekali. Sulit kalau sudah masuk seperti itu (pencemaran). Timnya amdal untuk memberikan kajian lebih detail," ulasnya.

Disinggung klaim perusahaan yang sudah mengecor kawasan peternakan agar air tidak bisa masuk, Wahyu menilai perlu adanya jaminan ke depan terkait pertumbuhan limbahnya.

"Kalau dibuat (air tidak bisa masuk) mungkin bisa, tetapi kan limbah terus bertambah itu nanti semakin banyak, kondisinya seperti apa. Kekhawatiran itu (perlu) jaminan (dari perusahaan) untuk meyakinkan pemerintah dan komunitas di sana," ucapnya.

Dia menilai kunci keberlangsungan perusahaan itu nantinya ada di tim amdal yang saat ini tengah berproses.

"Limbah itu (nantinya ke depan) mesti akan semakin menumpuk. Jika hujan, airnya bisa masuk ke dalam pori tanah. Tergantung pemerintah ya, mau mengegolkan atau tidak. Saya kira perusahannya sudah berusaha, tergantung tindakan di lapangan dan monitoringnya. Kuncinya pada amdal, katanya sekarang baru proses," pungkas Wahyu.

https://travel.kompas.com/read/2018/09/15/211000427/gunung-sewu-memiliki-keindahan-yang-tak-dimiliki-kawasan-lain

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke