Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terkait Wisata Minat Khusus, Indonesia Hadapi Tantangan Ini...

Menurut Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Haryadi Sukamdani, masalah Indonesia dalam hal wisata minat khusus adalah pemasarannya.

"Misalnya Australia, jumlah turisnya hanya 9 juta tapi spending besar, mencapai 32 juta dolar Amerika," ujar Haryadi ketika ditemui dalam acara Quality Tourist, Super Priority Destinations, Wonderful Indonesia, Jumat(28/2/2020).

Masalah promosi yang dialami Indonesia dianggap Haryadi karena strategi yang tidak tepat sasaran.

Salah satu karakter wisatawan berkualitas, mereka berasal dari kalangan eksklusif yang ceruk pasarnya kecil. Sehingga dibutuhkan materi promosi yang juga eksklusif dan tepat sasaran.

"Karena sangat segmented, tidak semua orang bisa jual. Sejauh ini yang saya lihat masih banyak orang asing yang jago di quality tourism ini," tutur Haryadi.

"Misal Wakatobi itu dikelola orang Swiss. Lalu Pulau Nikhoi di Bintan, dikelola orang Amerika," lanjutnya.

Haryadi mengatakan, bahwa pemasaran yang dilakukan pemerintah masih belum terfokus pada pasar khusus tersebut.

Ia mencontohkan saat fenomena gerhana matahari yang terjadi beberapa tahun lalu di Indonesia, ia yang saat itu sedang berada di Belitung, kebanyakan wisatawan yang datang untuk melihat fenomena tersebut adalan wisatawan mancanegara.

"Kemenpar waktu itu di satu bulan sebelum (gerhana matahari) baru meluncurkan kampanye. Di Belitung yg datang tamu asing semua. Mereka pemburu gerhana matahari, ada komunitasnya," papar Haryadi

Menurutnya, untuk bisa berbicara tentang quality tourism maka kita harus bisa mendefinisikan target pasar yang ingin dituju dan mendesain promosi terfokus ada komunitas tersebut.

Jadi tak hanya mengejar kuantitas, tapi pemerintah Indonesia juga harus mulai menyasar pada turis yang berkualitas.

Turis berkualitas memiliki karakter spending yang tinggi sehingga akan berkontribusi pada pendapatan negara yang lebih besar.

"Quality tourism tidak sensitif terhadap harga. Semakin (destinasi) susah dicapai, semakin eksotis bagi mereka."

https://travel.kompas.com/read/2020/02/29/070700727/terkait-wisata-minat-khusus-indonesia-hadapi-tantangan-ini-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke