Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Keris dari Desa Aeng Tong-tong Jadi Suvenir Side Event G20

JAKARTA, KOMPAS.com - Keris asal Desa Aeng Tong-tong Jawa Timur dijadikan sebagai suvenir untuk delegasi yang hadir pada salah satu side event KTT G20.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengatakan, keris yang telah hadir sejak abad ke-19 itu telah menjadi senjata pamungkas para prajurit.

Sehingga, keberadaannya masih terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Aeng Tong-tong, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.

"Keris ini akan menjadi suvenir yang akan ditampilkan, salah satunya untuk perhelatan G20. Ini merupakan penghargaan kami kepada negerinya para empu," ujar Sandiaga Uno dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (24/05/2022).

Pembuatan keris butuh waktu cukup lama

Lantaran proses pembuatannya yang butuh waktu tidak sebentar, maka suvenir keris ini hanya dibuat sebanyak 20 buah saja untuk masing-masing negara.

"Karena keris ini butuh waktu pembuatan yang tidak sebentar, mungkin karena ada 20 negara jadi kita pesan 20 dulu untuk salah satu perhelatan G20," tuturnya.

  • Menparekraf Akan Kenalkan Minyak Atsiri ke Delegasi G20 di Solo
  • Goa Alam, Pilihan Wisata untuk Para Delegasi G20

Pembuatan keris dikabarkan memakan waktu antara satu hingga enam bulan untuk satu keris, tergantung dari ukuran dan motif yang dibentuk. Sedangkan panjang keris di Pulau Madura, normalnya antara 37 - 38 cm.

Meski demikian, Sandiaga memastikan, ukuran keris akan disesuaikan agar bisa dibawa sebagai suvenir yang tidak merepotkan, memberatkan, dan tidak dilarang ketika naik pesawat.

Adapun untuk prosesnya, dimulai dari pemilihan besi, lalu penempaan, pembentukan bilah, kinatah (ukir besi jika keris ukir), warangka (pembuatan sarung keris yang terbuat dari kayu), hingga terakhir mewarangi atau campuran cairan arsenikum dengan air jeruk nipis yang dioleskan, atau dicelupkan ke keris.

"Pembuatan keris ini menandakan dinamika kehidupan masyarakat bahwa kita mulai dari ditempa, diukir, dibengkok-bengkokkan, akhirnya menjadi produk yang membanggakan bagi bangsa," kata Sandiaga.

  • Desa Aeng Tong-Tong, Kampung Perajin Keris Madura
  • Begini Proses Pembersihan Keris pada Malam Satu Suro

Menurut keterangan salah satu pengrajin keris, Mas Hafeni, dikarenakan proses pembuatan yang cukup lama, maka dalam sebulan hanya sekitar lima sampai tujuh keris yang terjual.

"Produk keris kami ini juga sudah kami ekspor ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Taiwan. Karena hanya orang-orang tertentu saja yang tertarik dan paham akan produk keris ini," ujar Hafeni.

Desa Wisata ini memiliki galeri khusus keris yang menjadi ruang untuk menampilkan produk-produk keris. Di sana juga ditampilkan keris dari para leluhur yang telah berusia 300 tahun.

Tidak hanya itu, galeri tersebut juga diperuntukkan sebagai tempat berkumpulnya para empu, kolektor, hingga pemerhati keris.

Di Desa Wisata Aeng Tong-tong terdapat ritual pencucian keris dan ziarah kubur kepada leluhur empu yang disebut dengan Penjamasan Keris.

Acara tersebut juga dimeriahkan dengan pesta rakyat yang menampilkan kesenian tradisional, seperti saronen dan macopat.

Agar keris lebih dikenal oleh masyarakat secara luas, khususnya generasi milenial, Sandiaga juga mengusulkan agar produk keris ini bisa ditampilkan pada film-film nasional Indonesia, seperti Gundala dan Gatot Kaca.

"Misalkan film Gundala atau Gatot Kaca bisa kita padukan dengan keris dari Desa Wisata Aeng Tong-tong, dengan begitu keris-keris ini akan menjadi ikon dari para heroes kita" pungkasnya.

Adapun kunjungan Menparekraf Sandiaga Uno ke Desa wisata Aeng Tong-tong ini merupakan langkah awal visitasi ke 50 desa wisata terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022, sebagai upaya mendorong pemulihan ekonomi melalui pengembangan desa.

https://travel.kompas.com/read/2022/05/25/090000027/keris-dari-desa-aeng-tong-tong-jadi-suvenir-side-event-g20

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke