Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Perbedaan Solo dan Surakarta? Berikut Penjelasannya

KOMPAS.com - Kota Surakarta merupakan kota budaya yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Terdapat Keraton Surakarta yang merupakan istana dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat, sekaligus obyek wisata budaya. 

Kota Surakarta kerap disebut dengan nama Kota Solo oleh sebagian masyarakat. Bahkan, ada sejumlah masyarakat yang mengira bahwa dua kota tersebut merupakan wilayah yang berbeda.

Lantas, apa perbedaan Solo dan Surakarta? Ternyata, keduanya memiliki sejarah yang berbeda seperti dirangkum oleh Kompas.com berikut ini. 

Sejarah Kota Surakarta

Sebelum mengetahui perbedaan Solo dan Surakarta, terlebih dulu kita perlu memahami kelahiran Kota Surakarta. Mengutip Kompas.com (3/7/2021), kelahiran Kota Surakarta tidak lepas dari sejarah berdirinya Keraton Surakarta.

Sejarah berdirinya Keraton Surakarta berkaitan dengan Kerajaan Mataram Islam. Kerajaan Mataram Islam sempat mengalami beberapa kali pemindahan ibu kota. 

Saat Amangkurat II naik takhta, pusat pemerintahan dipindahkan ke daerah Wanakerta, yang kemudian disebut dengan Kartasura. Pemindahan ini disebabkan pemberontakan yang dipimpin oleh Trunojoyo. 

Namun, pada 1743 terjadi peristiwa Geger Pecinan yang berdampak pada kehancuran Keraton Kartasura. Peristiwa tersebut dipicu oleh pemberontakan etnis Tionghoa lantaran Pakubuwono II, yang kala itu memimpin Keraton Kartasura, dinilai berpihak kepada Belanda. 

Secara resmi, Keraton Surakarta di Desa Sala mulai ditempati pada 17 Februari 1745, meskipun pembangunannya belum selesai sepenuhnya.  Pakubuwono II mendiami keraton sampai hari wafatnya, yaitu pada 1749. 

Setelah peristiwa yang dikenal sebagai bedol keraton ini, wilayah Desa Sala berkembang pesat hingga menjadi kota seperti saat ini. 

Sejarah nama Kota Solo 

Seperti disampaikan sebelumnya, pusat Keraton Surakarta dipindahkan ke Desa Sala. Nah, sejarah nama Kota Solo ternyata berasal dari Desa Sala. 

Mengutip Kompas.com (30/5/2019), nama Kota Solo sebenarnya berasal dari pengucapan orang Eropa pada masa penjajahan. Orang-orang Eropa tersebut tidak bisa menyebut Sala, sehingga pengucapannya bergeser dari Sala menjadi Solo.

Sementara itu, situs DPRD Kota Surakarta menyebutkan bahwa nama Solo menjadi tren yang dipakai secara luas di masyarakat sampai sekarang.

Sejarah nama Kota Surakarta 

Meskipun lebih familier dengan nama Solo, namun Surakarta merupakan nama administrasi yang digunakan hingga saat ini, berdasarkan informasi dari laman situs DPRD Kota Surakarta. 

Nama Surakarta digunakan dalam kondisi formal atau pemerintahan, sedangkan nama Solo lebih banyak digunakan dalam percakapan umum. 

Nama Surakarta beradal dari Bahasa Jawa yakni sura yang berarti keberanian dan karta berarti sempurna atau penuh. Selain itu, nama Surakarta dapat dikaitkan dengan permainan kata dari Kartasura, yang merupakan keraton sebelum pindah ke Desa Sala. 

Nama Surakarta mulai digunakan saat Keraton Surakarta didirikan, tepatnya saat peristiwa bedol keraton dari Keraton Kartasura ke Desa Sala, sebagai kelanjutan monarki Kartasura.

https://travel.kompas.com/read/2022/07/16/123700127/apa-perbedaan-solo-dan-surakarta-berikut-penjelasannya

Terkini Lainnya

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Jakarta Tourist Pass Dirilis Juni 2024, Bisa Naik Kendaraan Umum Gratis

Travel Update
Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Daftar 17 Bandara di Indonesia yang Dicabut Status Internasionalnya

Travel Update
Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Meski Mahal, Transportasi Mewah Berpotensi Dorong Sektor Pariwisata

Travel Update
Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke