Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

8 Rangkaian Acara Hari Raya Galungan Serta Maknanya 

KOMPAS.com - Hari ini, Rabu (4/1/2023), umat Hindu memperingati Hari Raya Galungan. Ada sejumlah rangkaian kegiatan dalam perayaan hari suci  yang diperingati setiap enam bulan sekali itu, atau 210 hari sekali berdasarkan Kalender Saka Bali.

Ketua Paruman Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan, rangkaian kegiatan Hari Raya Galungan sudah dimulai sejak 25 hari sebelumnya. Setiap kegiatan tersebut memiliki makna masing-masing.

“Hari Raya Galungan dirayakan sebagai simbol kemenangan dharma atas adharma, atau kebenaran menang melawan tidak benar,” terangnya kepada Kompas.com, Selasa (3/1/2023).

Rangkaian kegiatan Hari Raya Galungan

Berikut rangkaian kegiatan dalam Hari Raya Galungan beserta maknanya, seperti dihimpun Kompas.com.

1. Tumpek Wariga

Tumpek Wariga merupakan awal dari rangkaian acara Hari Raya Galungan yang dimulai dari 25 hari sebelumnya. Tumpek Wariga disebut juga sebagai Tumpek Penguduh, Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh, Tumpek Pengatag, atau Tumpek Pengarah, seperti dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Buleleng. 

“Maknanya untuk pelestarian lingkungan, khususnya karena banyak buah-buahan yang nantinya akan digunakan persembahan pada saat Hari Raya Galungan,” terang I Gusti Ngurah Sudiana.

Pada Tumpek Wariga, umat Hindu memuja Sang Hyang Sangkara sebagai dewa kemakmuran dan keselamatan tumbuh-tumbuhan, seperti dikutip dari laman Sistem Informasi Desa Sarimekar Buleleng.

Adapun, tradisi masyarakat untuk merayakannya adalah dengan menghaturkan banten (sesaji) yang berupa bubuh (bubur) sumsum berwarna.

Pada Tumpek Wariga, semua pepohonan akan disirami tirta wangsuhpada atau air suci dan diberi sesaji. Setelah selesai, pemilik pohon akan menggetok atau mengelus batang pohon sambil berharap agar pohon tersebut dapat segera berbuah untuk upacara Hari Raya Galungan.

2. Sugihan Jawa 

Rangkaian kegiatan  Hari Raya Galungan selanjutnya adalah Sugihan Jawa, yang berasal dari kata sugi berarti suci dan jawa berarti luar. Sebab, pada Sugihan Jawa, umat Hindu membersihkan dan menyucikan segala sesuatu yang berada di luar diri manusia atau disebut Bhuana Agung.

“Seminggu sebelum Galungan disebut Sugihan Jawa yang jatuh pada Kamis wuku Sungsang maknanya adalah penyucian alam semesta,” ujar I Gusti Ngurah Sudiana.

Pada Sugihan Jawa, umat Hindu melaksanakan upacara Mererebu atau Mererebon yang bertujuan menetralisir segala hal negatif pada Bhuana Agung. Hal ini disimbolkan dengan pembersihan merajan dan rumah.

3. Sugihan Bali

Setelah membersihkan dan menyucikan Bhuana Agung, selanjutnya umat Hindu menyucikan Bhuana Alit atau diri manusia.

“Besoknya, Jumat wuku Sungsang disebut Sugihan Bali, maknanya penyucian Bhuana Alit atau badan manusia,” kata  I Gusti Ngurah Sudiana.

Mengutip laman Pemerintah Kabupaten Buleleng, tata cara pelaksanaan Sugihan Bali adalah dengan mandi dan memohon Tirta Gocara kepada Sulinggih.

Rangkaian kegiatan itu sebagai simbol penyucian jiwa raga untuk menyongsong Hari Raya Galungan yang semakin dekat.

4. Hari Penyekeban

Hari Penyekeban memiliki makna filosofis nyekeb indriya, artinya mengekang diri agar tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti dikutip dari Sistem Informasi Desa Sarimekar Buleleng

Hari Penyekeban dirayakan setiap Minggu pahing wuku Dungulan.

“Hari Minggu wuku Dungulan disebut penyekeban, maknanya untuk mengendalikan indera sepenuhnya,” terang  I Gusti Ngurah Sudiana.

5. Hari Penyajan

Rangkaian selanjutnya adalah Hari Penyajan yang bermakna filosofis memantapkan diri sebelum perayaan Hari Raya Galungan.

Menurut kepercayaan umat Hindu, pada Hari Penyajan umat akan digoda oleh sang Bhuta Dungulan untuk menguji sejauh mana tingkat pengendalian diri mereka menuju Galungan.

Hari Penyajan jatuh pada Senin pon wuku Dungulan.

“Hari Senin Dungulan disebut Penyajaan, maknanya agar umat manusia menang atau jaya dalam mengendalikan dari pengaruh buruk dengan berbagai bentuk godaan,” terangnya.

6. Hari Penampahan 

Hari Penampahan jatuh sehari sebelum Hari Raya Galungan, tepatnya pada Selasa wage wuku Dungulan. Pada hari ini, umat Hindu akan disibukkan dengan pembuatan penjor, sebagai ungkapan syukur ke hadapan Tuhan.

Penjor terbuat dari batang bambu melengkung yang dipenuhi dengan hiasan. 

“Hari Selasa dunggulan disebut Penampahan, maknanya umat Hindu sudah siap segalanya untuk merayakan Galungan yang jatuh pada hari selanjutnya,” imbuh I Gusti Ngurah Sudiana.

7. Hari Raya Galungan 

Setelah sejumlah rangkaian acara, tibalah umat Hindu pada puncak perayaan Hari Raya Galungan. 

Prosesi Hari Raya Galungan dimulai dengan upacara sembahyang di rumah masing-masing, kemudian dilanjutkan dengan sembahyang di pura sekitarnya.

Pada momen ini, umat Hindu banyak yang memilih pulang kampung, sehingga bisa sembahyang ke tanah kelahiran masing-masing.

8. Hari Umanis Galungan

Sehari setelah Hari Raya Galungan, umat Hindu merayakan Umanis Galungan, seperti dikutip dari situs Pemerintah Kabupaten Buleleng. 

Pada hari ini, umat Hindu melaksanakan sembahyang dan dilanjutkan dengan Dharma Santi. Kemudian, umat Hindu saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi. 

https://travel.kompas.com/read/2023/01/04/113600427/8-rangkaian-acara-hari-raya-galungan-serta-maknanya-

Terkini Lainnya

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Hotel Story
3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

Travel Tips
Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Jalan Jalan
Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Travel Update
5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

Jalan Jalan
Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke