JAKARTA, KOMPAS.com - Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur, bisa menjadi tempat untuk melakukan tapak tilas peristiwa G30S pada tahun 1965 silam.
Tidak jauh dari Monumen Pancasila Sakti, terdapat sejumlah tempat yang bisa dikunjungi, antara lain Museum Pengkhianatan PKI, Gedung Paseban, Sumur Maut, Ruang Teater, Dapur Umum, dan Pos Komando.
Menurut Baur Bin Info Monumen Pancasila Sakti, Serma Muhammad Soleh, pengunjung Monumen Pancasila Sakti paling ramai umumnya dari bulan Oktober sampai Desember.
"Pengunjung itu kalau yang paling ramai, bulan 10 sampai bulan 12. Itu membeludak, kadang kita bisa kewalahan untuk guide (pemandu)-nya," tuturnya kepada Kompas.com, Selasa (13/9/2023).
Selain itu, lanjutnya, tempat bersejarah ini juga ramai setelah ujian semester, umumnya pengunjungnya berasal dari wilayah sekitar Jakarta.
Berikut beberapa aktivitas yang bisa dilakukan di Monumen Pancasila Sakti, berdasarkan Buku Panduan Monumen Pancasila Sakti yang didapat Kompas.com saat kunjungan:
Berkedalaman sekitar 12 meter dan berdiameter sekitar 75 sentimeter (cm), Sumur Maut merupakan sumur tempat dimasukkannya jenazah tujuh Pahlawan Revolusi.
Adapun ketujuh Pahlawan Revolusi adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI M.T. Harjono, Mayjen TNI R. Soeprapto, Mayen TNI S. Parman, Brigjen TNI D.I. Pandjaitan, Brigjen TNI Soetoyo Siswomihardjo, dan Lettu Czi Pierre Tendean.
Sumur tersebut saat ini sudah diberi pelindung bernama Cungkup Sumur Maut dengan ukiran-ukiran. Dibangun pula pembatas dan pencahayaan.
Di Gedung Paseban, terdapat Ruang Relik atau Ruang Pakaian dan Bekas Darah. Seperti namanya, ruangan ini menyimpan barang-barang pribadi Pahlawan Revolusi, termasuk pakaian terakhir yang mereka kenakan saat dimasukkan ke Sumur Maut.
Beberapa koleksi yang dipajang, antara lain surat Lettu Czi Pierre Tendean untuk kedua orangtuanya, peluru yang menembus tubuh Letjen TNI Ahmad Yani, kimono batik Brigjen TNI Soetoyo Siswomihardjo, dan kacamata Mayjen TNI M.T. Harjono.
Ada pula sepeda patroli Agen Polisi Tingkat II, Sukitman yang menjadi saksi peristiwa di Lubang Buaya tahun 1965.
Di sisi kanan Monumen Pancasila Sakti terdapat tiga bangunan yaitu Rumah Penyiksaan, Dapur Umum, dan Pos Komando. Bangunan yang bisa dimasuki hanyalah Dapur Umum dan Pos Komando.
Pengunjung yang memasuki Dapur Umum dapat melihat meja, kursi, tempat tidur, almari, wajan, dan dandang yang masih asli.
Sementara itu, di Pos Komando juga masih ada mesin jahit, tempat tidur, almari, dan meja yang masih asli.
Baik di Gedung Paseban maupun di Museum Pengkhianatan PKI, terdapat beragam diorama yang menceritakan sejumlah peristiwa, mulai dari pemberontakan di beberapa daerah hingga pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari Sumur Maut.
Pengunjung bisa memindai kode QR yang ada di sisi kanan atau kiri diorama untuk menonton video terkait peristiwa tersebut.
Pengunjung yang ingin menonton film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI versi yang lebih pendek bisa mengunjungi Ruang Teater. Tarifnya mulai Rp 1.500 per orang untuk lebih dari 50 orang dan mulai Rp 75.000 untuk kurang dari 50 orang.
Akan tetapi, sebelumnya pengunjung wajib menghubungi pihak pengelola museum terlebih dahulu.
Monumen Pancasila Sakti memiliki area parkir yang sangat luas, bahkan bisa memuat lebih dari dua bus. Di salah satu sisi area parkir, tepatnya menuju tangga ke pintu masuk museum, berjejer penjual makanan dan suvenir.
Harga makanan dan minuman yang dijual di tempat ini relatif terjangkau, mulai dari Rp 5.000. Pengunjung dianjurkan membawa uang tunai karena seluruh transaksi di Monumen Pancasila Sakti dilakukan secara tunai.
Selain di area parkir, ada juga penjaja makanan, minuman, dan suvenir di beberapa titik, antara lain di lantai dua Gedung Paseban, lobi Museum Pengkhianatan PKI, di depan pintu masuk, dan di samping teras Museum Pengkhianatan PKI.
https://travel.kompas.com/read/2023/09/13/173500727/6-aktivitas-di-monumen-pancasila-sakti-lihat-baju-pahlawan-revolusi