Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (29)

Kompas.com - 15/04/2008, 07:38 WIB

            "Iya. Kalau anaknya sakit, jadi tidak ada yang membantu ibu di rumah," sambung yang lain.

Saya terhenyak. Bocah-bocah sekecil ini sudah menunjukkan sikap kasih sayang yang luar biasa terhadap orang tua. Dari belasan alasan yang dikemukakan bocah-bocah mungil ini, semuanya bertema 'kasihan ayahnya', 'kasihan ibunya'. Mereka tidak bicara tentang acara TV, atau game Playstation terbaru, atau tentang uang jajan. Padahal mereka tidak diajari dengan rentetan kurikulum pelajaran moral.

Sekali lagi saya menyusuri koridor gedung sekolah ini. Foto-foto siswa berprestasi dipajang sepanjang dinding. Semua foto ini tampak sama. Yang laki-laki berjas hitam, kepala tegak menghadap kamera, bibir terkatup. Yang perempuan memakai pita merah muda melambung tinggi dari ujung kepala. Nama-nama bocah-bocah yang lahir setelah Kyrgyzstan merdeka sudah tidak bergaya Rusia lagi, tak lagi berakhiran ov atau ova. Tetapi yang paling berkesan adalah foto bocah-bocah yang berteriak gembira di depan pintu gerbang.

            "Foto ini terpilih menjadi foto terbaik dari seluruh sekolah di Kyrgyzstan," kata Satina bangga.

Jadi guru memang susah. Jam 2 siang, kerongkongan saya sudah hampir putus rasanya. Padahal saya tidak bicara sebanyak Satina. Sesampainya di rumah saya sudah lemas dan langsung tertidur lelap. Satina masih masak, menyiapkan makan malam, memutar telepon dan mengobrol ngalor ngidul dengan tetangga. Itu memang telepon tua yang masih berbunyi gedek-gedek kalau diputar.

Malamnya, giliran saya yang jadi murid Satina, belajar bahasa Rusia dan Kirghiz. Satina dengan sabar mengajari saya, walaupun kadang-kadang masih sering bilang bahasa Rusia saya jelek sekali. Satina malah ingin belajar membaca huruf Arab dari saya. Sekarang di kamar rumahnya ada beberapa hiasan dinding. Satu bertulis Allah, satu bertulis Muhammad, dan satunya lagi Bismillahirrahmanirrahim.

Seperti sebagian besar orang Kirghiz, Satina juga Muslim. Tetapi dia tidak tahu bacaan tulisan-tulisan Arab yang menghiasi dinding rumahnya.

            "Ah, saya ingin sekali bisa mengerti artinya," keluh Satina, "tetapi bahasa Arab kelihatannya susah sekali ya."

 
 
(Bersambung)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com