Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (38)

Kompas.com - 28/04/2008, 07:46 WIB

                                                                                                                                                        [Tayang:  Senin - Jumat]

Terpinggirkan

Kue kemakmuran Kazakhstan tak dinikmati semua orang. Ada orang-orang yang terpinggirkan dan semakin tergerus oleh hiruk pikuk dan kejayaan metropolis Almaty.

Pasha membantu saya mencari penginapan murah. Dengan bus kota, kami berdua berkeliling. Dari jalan Töle Bi, Gogol, dan Abay yang melintang horizontal, sampai Sheyfulin, Abylay Khan, dan Furmanov yang melintang vertikal, tidak ada yang murah. Semuanya di kisaran 30 dolar ke atas.

Entah bagaimana ceritanya, kami berdua terdampar di Pasar Sayuran Zelyonii Bazaar. Pasha tertarik dengan kerumunan orang di depan sebuah gedung tua. Ada ibu-ibu yang berkalungkan kertas karton bertuliskan pemberitahuan. Ada kakek tua yang mengepaskan kacamatanya untuk membaca papan pengumuman yang penuh ditempeli kertas-kertas tidak karuan. Ada orang berdiskusi, tawar-menawar. Ini bukan pasar saham, walaupun kesibukannya tidak kalah. Ini adalah pasar rumah.

Pasha tiba-tiba datang menggeret seorang nenek tua berpostur pendek. Belum diperkenalkan, si nenek sudah nyerocos,
            "Terima kasih Tuhan..., terima kasih! Kemarin seharian saya berdoa kepada Tuhan, 'Tuhan, kirimlah seseorang yang bena-benar membutuhkan kamar ini.' Dan hari ini Tuhan benar-benar mengirim kamu."
           
"Berapa?" saya bertanya pada Pasha.
            "1000 Tenge saja," katanya, "tapi jangan khawatir. Nenek ini orang jujur, karena dia Kristen taat dan katanya pergi ke gereja yang sama dengan saya. Saya tidak kenal dia, tetapi saya percaya padanya."

Si nenek Rusia langsung menggeret kami berdua ke rumahnya. Kami mesti naik bus dulu, karena rumahnya di pinggiran kota Almaty. Bus kota Almaty tampak modern, impor langsung bus bekas dari Jerman. Di kursi-kursinya masih membekas grafiti yang diwariskan oleh orang-orang Jerman sana, seperti 'ich liebe dich', 'du meine', dan gambar waru-waruan. Entah karena orang Kazakhstan malas membersihkan mobil-mobil bekas ini, atau mereka adalah pecinta grafiti yang bangga dengan barang bekas peninggalan Jerman.

Bus melintasi barisan rumah demi rumah. Tata kota Almaty memang rapi. Rumah-rumah berbaris beraturan di pinggir jalan Almaty yang bentuknya lurus semua. Bus bergerak ke arah utara, yang berarti menuju ke arah kemiskinan. Kemakmuran di Almaty berbanding lurus dengan ketinggian. Semakin ke selatan, ke arah gunung-gunung tinggi di kejauhan sana, semakin kaya dan modern para penghuninya. Semakin ke utara, rumahnya semakin kuno dan kumuh.

Empat puluh menit perjalanan dari Zelyonii Bazaar barisan rumah di pinggir jalan mulai tampak usang dan kumuh. Saya mengikuti Lyubova, si nenek Rusia itu, memasuki komplek apartemen kuno yang  gedungnya bertebaran tak karuan. Setelah belok kanan, belok kiri, lewat pekarangan dan lapangan bola, saya sampai di rumah Lyubova.

Apartemen berlantai kayu di lantai dua itu memang kecil, tetapi nyaman sekali. Lyubova berkali-kali minta maaf karena rumahnya sederhana. Bagi saya ini sudah sangat mewah. Ranjang spring bed yang bersih dan berpegas lentur memang bukan bandingan kamar penjara Kazkontrakt yang berkasur keras dan berbau apek. Ruang mandi pun sangat nyaman. Air panas mengalir deras.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com