Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkelana ke Negeri-negeri Stan (89)

Kompas.com - 08/07/2008, 07:52 WIB

[Tayang:  Senin - Jumat]


Disneyland

Negeri fantasi ini pun menciptakan sebuah Dunia Fantasi ...

“Wahai generasi Abad Emas, engkau adalah manusia-manusia yang paling berbahagia!”

Turkmenbashi yang Agung bersabda, tertulis dengan tinta emas di pintu gerbang sebuah taman bermain, mengingatkan keberuntungan tiada tara putra dan putri Abad Emas, masa depan Turkmenistan.

Dunia Dongeng Turkmenbashi, demikian nama taman penuh imajinasi dan fantasi ini, mengantar pengunjung ke dunia syahibul hikayat Turkmenia, salah satu proyek maha besar sang pemimpin untuk merayakan 15 tahun perjalanan hidup Turkmenistan menyongsong Abad Emas. Tetapi penduduk Ashgabat lebih sering menyebut tempat ini dengan nama yang lebih keren – Turkmen Disneyland.

Pintu gerbang berwarna putih pualam berdiri megah, di hadapan barisan bendera Turkmenistan yang berkibar-kibar penuh gairah. Kota Ashgabat adalah salah satu kota yang hampir setiap hari berganti wajah. Gedung-gedung baru dari pualam bermunculan dalam sekejap malam. Semuanya seperti sihir penuh kejutan. Dan salah satu kejutan terakhir Turkmenbashi yang menggemparkan seluruh negeri dan jagad raya adalah  taman Disneyland ini.

Lupakan Donal Bebek dan Miki Tikus, juga Sinderela dan tujuh kurcaci. Turkmenistan bukan tempat bagi mereka. Di sini, yang mengisi mimpi bocah-bocah Turkmen, generasi mendatang di Abad Emas, semuanya berasal dari hikayat-hikayat dan khasanah kesusastraan Turkmen yang tiada bandingnya di dunia. Saya tak mengenal siapa itu Bovenjyk dan Akpamyk, apalagi Jabpaki dan Khudaiberdi-gorkak. Tetapi tokoh-tokoh alam khayal Turkmen inilah yang mengiring tidur bocah-bocah dari Ashgabat hingga ke Charjou, dari Kaspia hingga ke pedalaman Karakum.

Ingin sekali hati ini ikut larut dalam kebahagiaan bocah-bocah Turkmen ini, yang terpancar dari pekik gembira ketika roller coaster versi Turkmen dari wahana Halilintar menukik meluncur tajam. Ingin pula saya ikut bergabung dalam alam mimpi, bersama tokoh-tokoh khayalan yang digali dari peradaban panjang bangsa Turkmen. Tetapi apa daya, ibu penjual tiket tak mau diajak bekerja sama. Beliau dengan gagah menunjuk sebuah papan pengumuman – harga tiket untuk ‘kawan-kawan’ manca negara adalah 5 dollar. Sedangkan orang Turkmen hanya membayar 1000 Manat, sekitar 300 Rupiah.

Saya seperti bintang iklan anak putus sekolah, memandangi keceriaan generasi penerus Turkmenistan dari balik pagar besi.

Saya hanya bisa dengan penuh iri memandangi antrean panjang bocah-bocah yang tak sabar ingin di-‘ontang anting’ dan ber-‘halilintar’ menyaksikan barisan gedung-gedung pualam Ashgabat yang berbaris sepanjang jalan. Saya juga kagum dengan wahana ‘bianglala’ berukuran ekstra besar, yang dari puncaknya kita boleh menyaksikan kejayaan kota modern Ashgabat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com