Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih Mana, Mi Hijau atau Udang Telur Asin?

Kompas.com - 16/07/2008, 10:05 WIB

Begitu mendengar Lippo Cikarang yang ada di benak saya adalah Waterboom, wahana rekreasi air yang sudah tak asing lagi. Namun, kali ini teman saya membawa saya menjelajahi aneka makanan yang ada di area Lippo Cikarang.

Hmm… ada apa ya di kawasan yang dalam benak saya kering dan panas itu? Tetapi, tertarik dengan ajakan icip-icip kuliner, saya dan dua orang teman pun berangkat dari Jakarta menjelang jam makan siang. Perjalanan dari Semanggi ke Cikarang memakan waktu satu jam karena kami tidak harus melalui kemacetan.

Kesan pertama, kawasan ini memang seperti yang saya pikirkan. Namun, itu tak lama. Perlahan, kesan itu menghilang ketika memasuki Lippo Cikarang. Tak ubahnya seperti kawasan perumahan di Jakarta, pengembang Lippo menata daerahnya dengan apik dan asri.

Kami pun tiba di Ruko Plasa Menteng yang terletak tak jauh dari Waterboom. Rasa lapar dan dahaga membuat tak sabar melihat hidangan-hidangan yang menanti. Kedai 12 Bakul adalah rumah makan tujuan pertama kami. Kedai mungil yang buka sejak 1992 itu menyajikan aneka macam masakan Indonesia dan China.

Beberapa yang istimewa adalah nasi udang telur asin, mi hijau organik, gado-gado, dan rujak ulek. Tak perlu berpikir lama, kami segera memesan semuanya. Nurhayati, pemilik restoran, menuturkan, dua menu terakhir merupakan resep keluarga yang diwariskan turun-temurun.

Sementara itu, untuk mi organik tidak seperti kebanyakan mi hijau yang terbuat dari bahan dasar bayam, ia menggantinya dengan sawi hijau. "Kalau memakai sawi hijau, mi jadi lebih kenyal. Beda dengan bayam yang membuat mi agak lembek," tuturnya.

Sembari mengobrol, satu per satu makanan tersaji di depan mata. Wow, semuanya begitu menggoda selera. Saya harus menahan lapar dulu karena kami harus memotret menu-menu itu satu per satu. Akhirnya, sesi pemotretan pun usai. Semua mata pun melirik aneka makanan yang sedari tadi siap disantap.

Pilihan pertama saya jatuh pada udang telur asin. Eits, salah jika Anda membayangkan ada udang dan telur asin dalam satu wadah. Tetapi, ini udang yang digoreng dengan bumbu yang telah dicampur telur asin. Kolaborasi antara udang laut dan bumbu telur asin menghasilkan rasa yang gurih, asin, dan sedikit rasa manis yang berganti-ganti di lidah saya. Sedap! Hanya, jika bumbu telur asin ditambahkan sedikit lagi, saya yakin rasanya akan jauh lebih mantap.

Masakan kedua yang saya cicipi adalah mi hijau organik. Benar kata ibu Nurhayati, mi terasa lebih kenyal dan lembut jika dibandingkan dengan mi yang terbuat dari bayam. Rasanya nyaris sama dengan mi kuning biasa bahkan lebih alami dan sehat. Kuahnya juga segar dan gurih. Apalagi, ditambah dengan potongan jamur dan ayam yang tersebar di atas mi. Tak salah jika pengunjung memilihnya sebagai menu favorit.

Lalu, bagaimana dengan dua menu warisan keluarga? Kesimpulan kami tak jauh beda dengan masakan sebelumnya, sedap. Gado-gado ulek yang terdiri atas potongan tahu, kacang panjang, kentang, kol, dan telur benar-benar mantap dengan bumbu kacangnya yang medok. Sesuatu yang unik saya temukan di menu rujak ulek, ada yang menggelitik rasa. Ada aroma yang berbeda di bumbu rujak karena mampu meninggalkan after taste yang kuat, agak-agak langu gimana gitu…

Ternyata, itu rahasianya. Istri Eddy Himawan ini mengungkapkan, keistimewaan rujak ulek miliknya terletak di bunga laos. Jadi, selain asam dan gula merah, ia menambahkan bunga laos sebagai penambah aroma sehingga menimbulkan sensasi tersendiri bagi penikmatnya ketika dimakan dengan aneka buah-buahan segar.

Petualangan pertama pun berakhir di sini. Meski perut ini sudah cukup penuh, perjalanan belum selesai karena kami beranjak ke tempat kedua, kawasan Sirkus, pusat jajajan kaki lima pada sore hari. Dinamakan Sirkus karena tenda-tenda mirip dengan tenda Sirkus, dengan ujung lancip di tengah.

Beragam makanan tersedia di setiap sudut, mulai dari bakso, kwetiauw, satai, seafood, hingga sop kaki kambing. Begitu banyak yang harus dipilih. Kami akhirnya singgah di Seafood 68 yang mempunyai menu spesial udang saos padang. Selain itu, saya memesan cumi saos mentega dan kerang rebus.

Rasanya? Udangnya lumayan enak, tetapi cuminya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Selanjutnya, saya mencicipi sop kaki kambing meski perut saya sudah totally full, tapi mumpung di Cikarang, pantang kan kalau tidak menjelajahinya? Karena sudah kekenyangan, kami hanya memesan satu porsi saja untuk dicicipi ramai-ramai.

Warung makan yang merupakan cabang dari Tanah Abang ini layak dijadikan pilihan. Seporsi sop kaki kambing yang kami pesan memang sedap. Kaki-kaki kambingnya empuk dengan kuah yang begitu segar. Meski saya hanya mencicipinya sedikit, tetapi cukuplah untuk menyimpulkan rasanya.

Tak sadar, hari sudah berganti malam. Saatnya kami kembali ke Jakarta setelah beberapa jam menyambangi tempat-tempat kuliner di Lippo Cikarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com