Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Haji Samanhoedi di Laweyan

Kompas.com - 23/08/2008, 10:39 WIB

Oleh Sonya Hellen Sinombor

Hari Jumat (22/8) pagi, di salah satu sudut Kampoeng Batik Laweyan terlihat keramaian. Di sebuah gedung tua bekas gudang batik, lebih dari seratus orang berkumpul membaur jadi satu, menghadiri peresmian Museum Haji Samanhoedi, tokoh pergerakan nasional yang mendirikan Serikat Dagang Islam atau Serikat Islam.

Museum yang didirikan Yayasan Warna Warni pimpinan Krisnina Akbar Tandjung yang berisi dokumen dan foto/gambar mengenai sejarah dan perjuangan KH Samanhoedi ini diresmikan Wali Kota Solo Joko Widodo. Selain dihadiri mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Akbar Tandjung, peresmian museum ini dihadiri sekitar 90-an tamu dari Jakarta dan beberapa daerah yang diundang Yayasan Warna Warni.

Berbagai dokumen dan foto/gambar dipajang dalam museum ini. Sebuah foto Samanhoedi (Sudarno Nadi) yang duduk di sebuah kursi, termasuk foto Samanhoedi dengan para tokoh pergerakan nasional, menjadi perhatian pengunjung museum.

Dalam museum itu juga dipajang pidato Haji Samanhoedi Dalam Kongres Serikat Islam di Yogyakarta tahun 1914. Pidato itu antara lain berisi pernyataan Samanhoedi mengenai Serikat Islam (SI), yakni "Toean-toean sekalian telah makloem, bahwa saja (H Samanhoedi) seorang tiada terpeladjar, soedah tentoe sadja boeat mengemoedikan SI jang sebesar ini, sebenarnja tiada dapat. Akan tetapi, toean- toean haroes ingat djoega, apa sebabnja maka leden SI senantiasa bertambah-tambah. Saja ada terlaloe tjinta kepada SI. Sebab SI itoe saja yang memboeat djadi soenggoeh-soenggoeh saja mendjaja itoe sehingga SI mendjadi baik. Sebab itoe saja minta dengan keras, zetel CSI itoe soepaja tetap di Solo, dan Bestuurnja baik dilandjoetkan Bestuur lama sadja."

Di museum juga dijelaskan peran Samanhoedi sebagai saudagar batik di Kampoeng Laweyan. Misalnya disebutkan satu-satunya pedagang besar dan terkemuka di Laweyan sekitar tahun 1990-1910 adalah Haji Samanhoedi. Ia mendirikan kantor-kantor cabang di Surabaya, Banyuwangi, Bandung, dan beberapa tempat lainnya. Salah satu cabangnya, yaitu Bandung, dikelola saudaranya sendiri bernama Haji Amir dengan perkumpulan Darmo Loemekso.

Ditulis juga bahwa Laweyan tetap menjadi tempat para pedagang batik yang menguasai pasar nasional dan tetap tertutup secara sosial terhadap dunia luar, seperti yang diperlambangkan oleh tembok-tembok tinggi berwarna putih yang mengelilingi kawasan itu.

Selain peran Samanhoedi, di museum tersebut juga ditampilkan riwayat singkat Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto serta pergerakan nasional. Sebuah gambar koran zaman dulu "Medan-Prijaji" yang terbit pada tahun 1910 juga ditampilkan.

Di tengah peresmian museum tersebut, beberapa ibu mempraktikkan cara membuat batik tulis. Seorang bapak juga mempraktikkan pembuatan batik cap. Proses pembuatan batik ini menarik perhatian pengunjung, terutama mereka yang belum mengetahui proses pembuatan batik.

Keluarga KH Samanhoedi juga menyambut gembira hadirnya museum ini. Bahkan, saat peresmian, keluarga dekat Samanhoedi hadir dan berfoto bersama.

Pendirian museum Haji Samanhoedi disambut gembira Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi. Jokowi sepakat dengan gagasan Krisnina Akbar Tandjung bahwa museum itu tidak harus dalam bentuk gedung yang besar dan megah, tetapi dengan gedung yang kecil dan sederhana pun bisa menjadi wadah pembelajaran bagi masyarakat. "Banyak hal yang bisa kita pelajari. Apalagi Kota Solo memiliki banyak nilai-nilai sejarah," ujarnya.

Hadirnya Museum Haji Samanhoedi otomatis akan menarik perhatian wisatawan yang berkunjung ke Solo. Buktinya, wisatawan yang sedang berkunjung ke Solo menyempatkan diri mendatangi museum tersebut. "Saya sudah beberapa kali datang ke Solo. Namun, saya belum pernah masuk ke Laweyan sini. Museum ini bagus," ujar Olga yang mengaku berasal dari Belanda.

Krisnina berharap museum seperti ini bisa membuat tokoh Samanhoedi dan tokoh pergerakan nasional lainnya diketahui masyarakat dalam negeri maupun luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com