Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (31): Perbatasan

Kompas.com - 15/09/2008, 08:32 WIB

Si perempuan tua berbaju merah tertunduk. Dari balik bajunya ada berbagai macam baju, kain, dompet, selendang, jam weker,..., mirip kantung Doraemon yang tak pernah habis isinya. Dari dalam tasnya juga ada arloji, kalkulator, pernak-pernik, kalung, gelang, dan seterusnya.

           “Orang-orang Nepal ini harus diawasi ketat,” dengus polisi perempuan berseragam hitam itu, “mereka suka memanfaatkan situasi.”

Barang-barang itu adalah kepunyaan pemilik toko di seberang perbatasan. Dengan memakai jasa para penduduk desa perbatasan yang bebas hilir mudik jembatan internasional ini tanpa visa, mereka bisa menekan pajak bea cukai. Barang terlarang pun bisa dibawa ke China kalau bisa menembus pos ini. Tetapi polisi yang menjaga sungguh awas. Sedikit saja gerak-gerik mencurigakan, dia pasti bisa menemukan. Hanya sepuluh menit saya di perbatasan ini, si polisi wanita sudah menangkap lebih dari tujuh pelintas batas yang merangkap menjadi penyelundup barang.

Di seberang perbatasan sana adalah Nepal yang masih berkutat dengan kemiskinan, gerakan gerilyawan, dan kemelut pemerintahan. Angka pendapatan rata-rata penduduk masih berkutat di kisaran ratusan dolar per tahun. Sedangkan raksasa China sudah bersiap-siap menyambut masa depan yang gemilang di abad milenium.

Dengan segala kenangan pahit dan manisnya petualangan di Tibet, saya melangkahkan kaki menyeberangi Jembatan Persahabatan. Tentara berpakaian hijau berdiri tegap di sisi gerbang negara. Tulisan besar “Republik Rakyat China” dalam huruf China berwarna kuning emas terpatri di atas gerbang. Bendera merah dengan lima bintang berkibar gagah. Di belakangnya bukit kecil yang terbungkus pepohonan hijau yang lebat.

Di belakangnya, tersimpan semua kenangan saya tentang lima tahun lebih hidup di negeri itu, tentang siksaan perjalanan di atas kereta api dan bus berhari-hari, tentang materialisme yang menerjang tradisi dan ritual, tentang kejujuran, cinta kasih, impian menjadi negeri adikuasa, kebanggaan akan sejarah dan masa depan, gunung-gunung salju, puncak dunia, kepasrahan, makanan lezat penuh minyak, teh yang tak pernah berhenti mengalir .... semuanya tersimpan di balik perbukitan hijau Zhangmu ini. Semua tersimpan begitu indah dalam kenangan saya. Entah kapan lagi saya bisa mengorek kembali ke negeri ini. Dan selang berapa tahun kemudian, saya tak yakin masih akan mengenali negeri yang selalu berubah setiap menit ini.

Saya melangkah ke arah Nepal, negeri mungil yang terjepit dua raksasa. Sisi jembatan itu tampak tak karuan. Orang bebas lalu lalang, membawa barang gembolan berkarung-karung di atas kepala. Saya memutar mundur arloji saya, dua jam lima belas menit ke belakang, menyesuaikan dengan zona waktu Nepal yang aneh. Tepat di tengah jembatan, saya berbalik ke arah China, memandang sekali lagi kibaran kejayaan bendera merah itu. Saya memotret.

Sial. Kamera saya rusak.

(Bersambung)

_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus  Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

787.900 Turis China Kunjungi Indonesia pada 2023, Sebagian ke Labuan Bajo

787.900 Turis China Kunjungi Indonesia pada 2023, Sebagian ke Labuan Bajo

Travel Update
4 Aktivitas yang bisa Dilakukan di Hutan Kota Babakan Siliwangi

4 Aktivitas yang bisa Dilakukan di Hutan Kota Babakan Siliwangi

Jalan Jalan
Sempat Tutup karena Longsor, Kali Udal Gumuk di Magelang Buka Lagi

Sempat Tutup karena Longsor, Kali Udal Gumuk di Magelang Buka Lagi

Travel Update
Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Hutan Kota Babakan Siliwangi : Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Jalan Jalan
75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

75.000 Orang Kunjungi Candi Borobudur Saat Peringatan Waisak 2024

Travel Update
5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

5 Kota Terbaik di Dunia Menurut Indeks Keberlanjutan Destinasi Global

Travel Update
Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Pengembangan Kawasan Parapuar di Labuan Bajo Terus Diperkuat Penguatan Konten Budaya Manggarai

Travel Update
Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Ada Rencana Penerbangan Langsung Rusia-Bali pada Musim Libur 2024

Travel Update
Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Indeks Kinerja Pariwisata Indonesia Peringkat Ke-22 di Dunia

Travel Update
DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

DIY Ketambahan 25 Warisan Budaya Tak Benda, Pokdarwis Digandeng Ikut Lestarikan

Travel Update
Long Weekend Waisak Jumlah Penumpang Kereta Api di Yogya Naik 41 Persen

Long Weekend Waisak Jumlah Penumpang Kereta Api di Yogya Naik 41 Persen

Travel Update
Spot Foto di Taman Sejarah Bandung, Foto Bersama Wali Kota

Spot Foto di Taman Sejarah Bandung, Foto Bersama Wali Kota

Jalan Jalan
Pembangunan Gereja Tertinggi di Dunia Hampir Rampung Setelah 144 Tahun

Pembangunan Gereja Tertinggi di Dunia Hampir Rampung Setelah 144 Tahun

Travel Update
Harga Tiket Menara Eiffel di Perancis Akan Naik 20 Persen per Juni

Harga Tiket Menara Eiffel di Perancis Akan Naik 20 Persen per Juni

Travel Update
Roma Akan Bangun Jalur Ramah Pejalan Kaki di Sekitar Area Bersejarah

Roma Akan Bangun Jalur Ramah Pejalan Kaki di Sekitar Area Bersejarah

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com