Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (60): High Camp

Kompas.com - 24/10/2008, 07:06 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


Perjuangan kami hampir mencapai titik kulminasi. Di ketinggian ini, langit sudah begitu dekat. Kami sudah nyaris sejajar dengan puncak-puncak salju di seberang sana. Tetapi justru di tempat ini, kaki semakin berat dan semangat menggebu-gebu tertekan oleh udara berat.

Thorung Pedi adalah desa tertinggi di Sirkuit Annapurna. Ketinggiannya 4450 meter, hanya dua jam perjalanan dari Letdar melalui jalan batu yang berlekuk-lekuk. Tanaman tak nampak sama sekali. Gunung batu yang kami lewati hanya satu warna – muram kelabu.

Senada dengan warna batu yang kelabu itu adalah rumah-rumah di Thorung Pedi. Rumah batu ala Tibet. Sunyi. Ada satu penginapan di sini, cukup terkenal karena merupakan tempat menginap rombongan turis. Karena tak banyak saingannya, ditambah lagi posisinya yang susah, harga menginap, makanan, dan air bersih di sini sangat mahal. Sebiji apel harganya 15 Rupee, sedangkan di bawah sana nyaris gratis.

          “Dari Indonesia?” tanya pemilik penginapan, orang Tibet yang pandai cakap Melayu, “Kemarin juga ada orang Indonesia menginap di sini. Hari ini sudah berangkat ke atas dia, naik kuda.”

Hah? Pasti si Nef. Terkenal sekali kawan kita yang satu ini, di mana-mana meninggalkan jejak. Tetapi setahu saya ia hanya berangkat berjalan kaki dari Manang.

           “Kasihan sekali dia,” kata pria Tibet bertubuh kekar itu, “Sakit berat. Jalannya sudah sempoyongan. Tetapi semangatnya untuk terus maju itu luar biasa. Memang kalau sudah sampai sini tak ada pilihan, kurang sedikit lagi sudah melewati Thorung La.”

Thorung La, titik tertinggi itu, adalah titik kulminasi perjalanan panjang sepuluh hari ini. Puncak itu, yang namanya selalu menemani mimpi di tiap malam, kini sudah begitu dekat. Dinginnya terasa, anginnya menderu menerpa wajah.

Masih seribu meter lagi ketinggian Thorung La dari Thorung Pedi. Biasanya turis dan pendaki menginap di Thorung Pedi, lalu berangkat subuh-subuh esok hari ke puncak gunung, dan langsung turun ke Muktinath di balik gunung itu. Perjalanan berat melintasi puncak itu konon akan membutuhkan waktu sekitar sepuluh jam.

Tetapi baru-baru ini, seiring dengan semakin banyaknya turis yang melintas Sirkuit Annapurna, semakin banyak fasilitas untuk memudahkan para pendaki. Salah satunya adalah perkemahan High Camp, 300 meter di atas Thorung Pedi, mendekatkan jarak ke Puncak Thorung La keesokan harinya.

Setelah sepuluh hari berjalan, tiga ratus meter tidak berarti banyak buat kami. Tetapi, naik tiga ratus meter dari ketinggian hampir 4500 meter lain lagi ceritanya. Jalan batu berzig-zag, mengingatkan saya pada perjuangan hidup mati di Kailash di Tibet, ketika saya yang kehabisan oksigen sudah tak mampu lagi mengontrol otak saya. Penderitaan itu terulang kembali.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com