Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tindak Tegas Pelaku Pencemaran Kali Surabaya

Kompas.com - 20/11/2008, 20:09 WIB

SURABAYA, KAMIS - Tim Patroli air pengawasan dan pengendalian air Kali Surabaya akan bertindak tegas terhadap sejumlah industri yang terbukti membuang limbah di atas baku mutu. Karena itu patroli akan dilakukan sewaktu-waktu agar industri dan masyarakat le bih peduli terhadap peningkatan kualitas air Kali Surabaya.

Berdasarkan pengamatan Perum Jasa Tirta I (PJT I), beban limbah domestik dan industri di Kali Surabaya terus meningkat setiap tahun. Tanpa adanya tindakan konkret dari semua pihak, beban limbah ini akan terus menumpuk. Jika pengendalian limbah Kali Surabaya tak dilakukan, PJT I memprediksi peningkatan beban limbah domestik Kali Surabaya dari 224 meter kubik per detik (tahun 2005) melonjak hingga 257 meter kubik per detik (tahun 2020). Sedangkan, peningkatan beban limbah industri bertambah dari 171 meter kubik per detik (tahun 2005) menjadi 308 meter kubik per detik (tahun 2020).

"Hingga saat ini terdapat 105 perusahaan yang membuang limbah industri mereka di sepanjang Kali Surabaya. Namun demikian, beberapa perusahaan tidak membangun instalasi pengolahan air limbah (ipal) yang memenuhi standar. Karena itu kami akan terus melakukan pemantauan," kata Kepala Biro Pengendalian Operasional PJT I, Vonny C Setiawati, Kamis (20/11) di Surabaya.

Vonny berharap, kegiatan patroli air dapat efektif menurunkan beban pencemaran Kali Surabaya. Saat melakukan inspeksi mendadak, tim patroli air yang terdiri dari Bapedal Jawa Timur, PJT I, Polwiltabes Surabaya, dan lembaga swadaya masyarakat terjun ke lokasi-lokasi ya ng diprediksi menjadi sumber pencemaran Kali Surabaya.

Menurut Vonny, patroli akan dilakukan sewaktu-waktu mengingat beberapa industri kadang membuang limbah pada saat-saat petugas lengah, seperti pada malam hari dan hari libur. "Agar rencana patroli tak bocor, patroli tidak dilakukan secara terjadwal," ujarnya.

Dalam patroli air 1 November 2008 lalu, tim menemukan dua industri rumah tangga dan dua pabrik di sepanjang Kali Surabaya dan Kali Tengah yang membuang limbah berbahaya. Limbah cair dari keempat ind ustri ini melebihi baku mutu air, baik dari sisi kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), maupun zat padat yang tersuspensi di dalam air.

Tanggung jawab bersama

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 tahun 200 8 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran di Jawa Timur, kewenangan pengendalian pencemaran air berada pada Bapedal Provinsi Jawa Timur. Namun, agar lebih efektif penanganan pencemaran dilaksanakan secara sinergis antara Bapedal Jawa T imur, PJT I, Polwiltabes Surabaya, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

Laporan kasus pencemaran secara sepihak entah dari masyarakat maupun LSM tidak pernah efektif karena tidak ada kewenangan penyidikan dan penindakan hukum secara langsung. Dengan tim patroli, maka penyidikan dapat dilakukan oleh kepolisian maupun penyidik sipil dari Bapedal, kata Koordinator Konsorsium Lingkungan Hidup Imam Rohani.

Wakil Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air IV PJT I, Achmad Syam menambahkan, pada 26 November 2008 m endatang tim penanggulangan pencemaran air Kali Surabaya akan mengundang sejumlah pelaku industri di sepanjang Kali Surabaya. Dalam pertemuan tersebut, tim akan memberikan sosialisasi dan pembinaan tent ang pengolahan limbah industri yang ramah bagi lingkungan.

"Sosialisasi dan pemahaman kami lakukan. Jika pelaku industri tetap membuang limbah melebihi baku mutu maka proses hukum yang akan berbicara," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com