Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aset Dunia di Tangkoko

Kompas.com - 24/11/2008, 20:33 WIB

MARKING tag (penanda) berbentuk pita bertulis kode petunjuk jalur dan ketinggian itu, entah ada berapa banyaknya, tersebar di penjuru dahan pohon dalam rimbun cagar alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara. "Itu tanda-tanda yang dibuat para peneliti," ujar Frangki, satu dari empat pemandu lokal yang membantu kami mencari monyet hitam sulawesi (Macaca nigra) atau disebut yaki dalam bahasa lokal.

Saat matahari belum menampakkan sinarnya, saya bersama enam rekan fotografer pada kegiatan Exploring Celebes, merayakan 150 tahun Ekspedisi Wallace yang dimotori oleh National Geographic Indonesia dan Sony Indonesia, bergerak perlahan mencari posisi kelompok yaki yang baru turun ke tanah dari peraduannya di atas pohon. Selain kami dan para pemandu, di lokasi tempat gerombolan yaki yang kami temukan tampak dua peneliti asing asyik mengikuti pergerakan yaki sambil mencatat segala polah tingkah lakunya.

"Jumlah peneliti asing? Yah, kira-kira ada enam orang pada setiap musim (per enam bulan). Kebanyakan dari Eropa," kata Simson, pemandu lainnya yang kerap dipakai para peneliti. "Kalau wisatawan asing, bisa ribuan per tahun. Mereka mau lihat yaki, tangkasi, juga burung-burung khas, satwa endemik di sini," ujarnya.

Tangkoko memang populer di kalangan ilmuwan. Di tempat inilah Alfred Russel Wallace, seorang naturalis muda Inggris, pernah menapakkan kakinya sekitar tahun 1850-an dan terpesona dengan maleo (Macrocephalon maleo) dan babi rusa (Babyrousa babyrussa). Dari penelitian lapangan di Nusantara dalam kurun 1860-1860, Wallace mengamati penyebaran satwa, lalu mengenali dua wilayah biogeografi India dan Australia yang sangat berbeda. Ia membagi dua kelompok satwa dan menarik garis batas timur-barat yang hingga sekarang dikenal sebagai garis Wallace, dimulai dari selat antara Kalimantan dan Sulawesi, terus ke selatan antara Bali dan Lombok.

Pada tahun 1858, Wallace juga menulis kumpulan surat dan makalah yang memuat tentang teori evolusi melalui seleksi alam (walau tidak secara rinci disebutkan demikian) kepada Charles Darwin di Inggris (yang saat itu telah menjadi naturalis ternama di Inggris). Makalah ini kemudian memacu Darwin menerbitkan On The Origin of Species tahun 1859, yang memperkenalkan teori evolusi yang menggemparkan.

Sulawesi yang unik konon dikunjungi Wallace sebanyak tiga kali. Satwa di kawasan ini merupakan percampuran atau zona transisi dua wilayah zoogeografi, Asia dan Australia. Bagi konservasi biologi, proporsi jenis satwa endemik Sulawesi termasuk yang tertinggi di Indonesia. Cagar alam Tangkoko sendiri adalah salah satu rumah satwa Sulawesi yang sangat penting. Di kawasan konservasi seluas 8.718 hektar ini tercatat keberadaan 26 jenis mamalia (10 jenis endemik Sulawesi), 180 jenis burung (59 endemik Sulawesi dan 5 endemik Sulut), serta 15 jenis reptil dan amfibi.

Maleo dan babi rusa yang memesona Wallace kini sulit dijumpai di Tangkoko, demikian juga anoa (Bubalus depressicornis). Ketiga satwa endemik Sulawesi tersebut diduga telah punah akibat pemburuan dan perusakan habitat. Walau demikian, sejumlah satwa lainnya masih dapat ditemui di sini. Yaki, tangkasi (Tarsius spectrum), dan julang sulawesi atau rangkong (Rhyticeros cassidix) adalah tiga dari sejumlah satwa yang menjadi magnet pesona Tangkoko.

Entah telah berapa banyak ilmuwan dalam dan luar negeri yang telah datang demi kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, dan penelitian. Bila Tangkoko bisa dikatakan salah satu pusat keanekaragaman hayati yang sangat penting di dunia, jika satwa-satwa itu punah, tak hanya Indonesia, bahkan dunia pun kehilangan.

Foto dan teks: Lasti Kurnia

Foto-foto lainnya dapat dinikmati di Photo Story Kompas Images.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

Travel Update
Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Travel Update
5 Hotel Dekat Yogyakarta International Airport, 5 Menit dari Bandara

5 Hotel Dekat Yogyakarta International Airport, 5 Menit dari Bandara

Hotel Story
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Maret 2024 Capai 1,04 Juta

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Maret 2024 Capai 1,04 Juta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com