“Hey....can I f**k you???” si bocah India itu memohon sambil memelas, tanpa tedeng aling-aling, “Please.....!”.
Saya terkejut. Lam Li hanya tertawa terpingkal-pingkal.
“Tidak... tidak bisa... kamu masih kecil!”
Kalau di India yang banyak orang kawin muda, umur Lam Li sudah pantas jadi ibu Jaswant.
Lam Li memang sudah berpengalaman ‘membaca’ orang. Ditaksir bocah kecil bukannya membuat dia marah, tetapi semakin membuatnya penasaran mengobservasi.
“Saya heran mengapa lelaki di negara ini, menit pertama berkenalan, menit kedua tanya sudah kawin belum, menit ketiga ngomongin cinta, menit kelima sudah minta seks? Apakah mereka memang punya hasrat nafsu yang menggebu-gebu? Ataukah citra perempuan asing di sini begitu buruknya, murahan dan bergaul bebas?”
Sebagai kawan seperjalanan, saya melihat sendiri berapa kali Lam Li mendapat tawaran seperti ini, mulai dari kakek tua sampai bocah kecil, mulai dari tukang rickshaw, pemilik hotel, pedagang, pembuat boneka, dan sekarang bocah kecil yang pantas jadi anaknya.
Mengingat raut muka Jaswant yang memelas untuk minta ‘sesuatu’, kami masih cekikikan menyusuri gang-gang semrawut kota tua Jodhpur.
(Bersambung)
_______________
Ayo ngobrol langsung dengan Agustinus Wibowo di Kompas Forum. Buruan registrasi!