Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (89): Arranged Marriage

Kompas.com - 05/12/2008, 08:17 WIB

Pernikahan adalah hasil perjodohan kedua pihak keluarga. Keluarga pengantin pria dan pengantin wanita saling bertemu, menghitung-hitung kesesuaian harkat dan martabat kedua keluarga. Pandit juga diundang untuk menghitung kecocokan astrologi melalui kalkulasi bintang. Pada saat ini pengantin pria dan wanita masih belum tentu saling mengenal. Bahkan tidak jarang, mereka baru bertatap muka di hari pernikahan. Cinta, kecocokan, harmoni, semuanya akan pelan-pelan dibina selepas pernikahan.

Apa bagusnya pernikahan macam ini? Saya teringat waktu di Pakistan dulu, di mana adat pernikahan jodoh-jodohan ala India ini juga berlaku, seorang pria Muslim mengajukan argumennya.

          “Arranged marriage lebih bagus karena pasangan tidak mengobral janji gombal selama pacaran. Lihatlah orang-orang yang bercinta itu, mulut mereka penuh rayu dan janji. Dan alangkah kecewanya setelah pernikahan melihat janji-janji itu kosong melompong, dan kemudian mereka bercerai. Sedangkan dengan pernikahan perjodohan, baik si pria maupun si wanita tidak pernah mengumbar janji. Cinta, juga muncul dari kebiasaan, pelan-pelan tumbuh ketika mereka hidup bersama.”

           Adik perempuan Ram menambahkan, “Orang tua selalu memikirkan yang terbaik buat anak-anaknya. Dan kami percaya sepenuhnya bahwa pilihan orang tua adalah selalu yang terbaik.”

Baginya, menerima perjodohan orang tua bukan hanya kewajiban, tetapi adalah jalan paling sempurna menuju ke masa depan.

Hari Minggu, Lam Li membolak-balik surat kabar yang teramat tebal. Ini adalah kebiasaan Lam Li yang membuat saya kagum. Dia rajin membeli koran, membaca berita menarik mulai dari politik, ekonomi, sampai ke seluk-beluk kultur masyarakat India. Seminggu lalu ia tergelak membaca berita tentang demonstrasi besar-besaran orang India menentang kenaikan harga bawang merah.

          Ia tergelak, “Dari sini kita tahu betapa pentingnya arti bawang bagi orang India.” Hari ini, kami juga punya penemuan menarik tentang pernikahan India.

Koran hari Minggu memang edisi istimewa. Selain banyak berita seputar kehidupan sehari-hari, lembar-lembar iklan, juga delapan halaman penuh iklan matrimonial alias biro jodoh. Kontak jodoh tidak dipandang sebelah mata di sini. Ratusan posting iklan ada di sini. Ada yang berbandrol “Boys seek girls” dan “Girls seek boys”.. Kemudian ratusan iklan itu dipisah-pisahkan berdasarkan lokasi, kemudian agama, dan kasta. Perkawinan antar agama nyaris mustahil di sini. Tinggi rendahnya kasta juga sangat penting artinya dalam menentukan jodoh.

Kami bersama-sama menelusuri ratusan iklan jodoh. Semua pria nampaknya selalu ‘tinggi, ganteng, berkulit putih, berpendidikan, gaji tinggi.” Kasta juga jadi salah satu kunci utama, membagi masyarakat dalam kelas-kelas dengan batas yang tak tertembus. Banyak pula yang mengaku sebagai orang asing. Tetapi jangan bayangkan mereka adalah bule yang mencari istri India. Mereka adalah orang India yang tinggal di luar negeri, yang dibanggakan adalah Eropa, Amerika, dan Australia.

Sama seperti kaum prianya, para wanita pun tak kalah – “cantik, lembut, kulit putih, berpendidikan, kasta tinggi.”

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com