Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miitem Bukan Sembarang Mi

Kompas.com - 28/02/2009, 07:00 WIB

Rumah makan miliknya di Jalan Bendungan Hilir Raya, Jakarta Pusat, di seberang Rumah Sakit TNI AL Mintoharjo, tak pernah sepi dari tamu yang ingin menyantap mi yang kaya bumbu itu. Di dalam masakan jenis ini ada kepulaga, bumbu kari, cengkeh, sampai ketumbar.

Rasa minya lekat benar dengan kari, masakan asal India. Mi yang dimasak dengan sayuran, daging, ayam, atau makanan laut terasa agak pedas di lidah tetapi asyik.

Uniknya lagi, Ratna masih mendatangkan semua bumbu dari Aceh. ”Semua itu untuk menjaga cita rasa masakan agar tak berubah” tuturnya, Jumat (27/2).

Ia mengakui, pembuatan mi aceh tersebut cukup ribet, repot, karena harus melalui beberapa tahapan, tetapi cita rasa masakan tetap harus terjaga.

Kini, mi aceh, baik sajian Rumah Makan Suelawah maupun rumah lainnya, mulai banyak dikenal warga Jakarta dan sekitarnya. ”Sekarang banyak yang membuka kedai mi aceh. Pokoknya sejak ada tsunami, orang dari luar Aceh makin kenal Aceh dan mencari masakan khas kami,” ungkap Ratna.

Kegandrungan orang kepada masakan asal daerahnya juga tampak dari pengunjung yang mendatangi Kedai Pelangi di Jalan Wahid Hasyim Nomor 108, Menteng, Jakarta Pusat. Kedai mungil itu menyediakan masakan khas Makassar, tentu saja termasuk mi makassar yang mirip dengan ifu mi, salah satu jenis masakan China.

Mi makassar berbahan dasar mi telor yang helainya kecil, berwarna kekuningan, dan terasa lebih crispy daripada mi untuk ifu mi. Sebelum disiram kuah sayuran dan aneka daging sapi, ayam, atau makanan laut, mi lebih dahulu digoreng sampai kering.

”Ada tamu yang minta mi dipisah dari kuahnya, tetapi ada juga yang minta langsung di siramkan ke atas mi,” kata Femy Anan yang bersama suaminya, Benny Phieter, membuka kedai itu sejak tahun 2003.

Pasangan suami-istri ini sampai sekarang masih sering memasak sendiri makanan pesanan tamu walau kadang-kadang ia menyerahkan pembuatan mi makassar dan lainnya kepada koki kepercayaan mereka.

Sebenarnya porsi mi makassar amat besar, tetapi Femy menyesuaikan diri dengan porsi makan orang Jakarta. ”Yang makan bukan hanya orang Makassar, tetapi juga dari Jawa, bahkan turis dari Australia,” ujar Femy.

Untuk mempertahankan rasa dan sambal yang amat pedas, ia juga mendatangkan cabai dan tomat dari Makassar. (Soelastri Soekirno/Sarie Febriane/M CLARA WRESTI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com