Banda Aceh, Kompas
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NAD Munirwansyah, ditemui
Munirwansyah menyatakan, pelabuhan-pelabuhan lainnya yang ada di Aceh memang selama ini telah digunakan untuk melakukan hubungan dagang dengan kawasan lainnya di luar wilayah Aceh, seperti wilayah Malaysia, Thailand, Singapura, serta negara Asia Tenggara lainnya. Namun, dibandingkan dengan pelabuhan lain, posisi
Lebih lanjut dia menjelaskan, untuk mendukung pengembangan Sabang sebagai kawasan pelabuhan bebas, seluruh infrastruktur yang dibangun saat ini adalah untuk menunjang hal tersebut. Jalan raya yang menghubungkan antarkota di dalam provinsi adalah untuk mengembangkan hal itu. ”Termasuk jalan-jalan yang menghubungkan pusat-pusat produksi dengan pelabuhan-pelabuhan nantinya,” katanya.
Data yang diperoleh Kompas dari Bidang Pembangunan Fisik Bappeda NAD, pemerintah tidak menyisihkan dana untuk pembangunan atau peningkatan pelabuhan-pelabuhan laut yang sudah ada. Dana-dana yang dicanangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Provinsi NAD hanya berupa peningkatan kualitas fisik di beberapa pelabuhan, seperti Pelabuhan Kuala Langsa dan beberapa pelabuhan rakyat.
Keberadaan pelabuhan ekspor di Aceh dirasakan sangat mendesak oleh para pengusaha di wilayah ini. Keluar masuknya barang ekspor dan impor ke wilayah NAD melalui Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara, kurang memberikan nilai tambah.
Munirwansyah menyatakan, pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada, seperti Krueng Geukuh, tidak akan ditingkatkan kapasitasnya sebagai pelabuhan ekspor. ”Kalau memang mau melakukan ekspor, harus ada barangnya dulu. Baru nanti kita memikirkan ke arah sana,” katanya.
Data Dinas Perindagkop dan UMKM Provinsi NAD tahun 2004-2008 menunjukkan, nilai ekspor dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Tahun 2004, nilai ekspor nonmigas Aceh mencapai 32,121 juta dollar AS. Tahun berikutnya, nilai tersebut meningkat menjadi 54,617 juta dollar AS.
Pada tahun 2006 terjadi penurunan nilai ekspor nonmigas hampir separuhnya menjadi hanya 24,381 juta dollar AS. Kemudian, dua tahun berikutnya, terjadi peningkatan cukup signifikan menjadi 75,371 juta dollar AS tahun 2007 dan 124,455 juta dollar AS tahun 2008.
Sementara itu, nilai ekspor migas dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Menurut BI Banda Aceh, hal itu terjadi karena menurunnya cadangan minyak dan gas.