Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (184): Makam Suci

Kompas.com - 20/04/2009, 07:41 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


Tempat suci ini adalah kota kuno bertabur makam orang suci. Bangunan dari zaman kaum derwis berjenggot putih diselimuti nuansa mistis. Di sini keajaiban dan mukjizat bertabur. Uch Sharif, kota yang agung, bermandi cahaya mentari dan rembulan.

Terperangkap waktu, demikianlah yang saya rasakan ketika menyusuri gang-gang kecil di pasar berdebu Uch Sharif, berkelok-kelok menyesatkan. Segala macam pedagang ada di sini. Mulai dari sirup sharbat, minuman segar faluda, sup lentil, nasi biryani, sampai pengeras suara Made in China. Tetapi di dalam labirin pasar kuno inilah tersembunyi tempat-tempat paling suci di Pakistan.

Di antara ratusan orang suci yang pernah berdiam di kota Uch ratusan tahun silam adalah Sayyid Jalaluddin Bukhari, guru Sufi dari abad ke-15 yang termasyhur akan mukjizatnya. Jahanian Jahangasht, atau Pengelana Dunia, demikan julukannya. Sang Baba – orang suci – telah menjelajah muka bumi untuk mempelajari hakikat Islam. Dari tanah leluhurnya di Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan, sang guru sudah ke Mekkah, Medina, Bagdhad, Persia, dan akhirnya menetap di Punjab. Saya teringat Guru Nanak pendiri agama Sikh yang juga berkelana ke seluruh penjuru bumi untuk menemukan kebenaran hakiki.

           “Baba, dengan kekuatan magisnya bisa memindahkan mihrab dari Delhi ke Uch,” kata chowkidar – juru kunci – sambil menunjuk ke arah pintu mihrab dalam makam ini, sementara tangan kanannya tak pernah berhenti memutar tasbih.

Baba Jahanian Jahangasht adalah salah satu orang suci terpenting dari tarekah Suhrawardiyah, aliran Sufi yang berkembang di Asia Tengah dan Selatan. Menarik dicermati bahwa orang suci Sufi di India dan Pakistan kebanyakan berasal dari Afghanistan, Persia, dan Asia Tengah. Ajaran Sufi, percampuran Islam dengan mistis dan budaya lokal, adalah Islam yang mendarah daging dalam Muslim Asia Selatan turun-temurun melintasi ratusan tahun.

Saya teringat alunan musik qawwali di makam Data Ganj Bakhsh serta tetabuhan genderang yang memabukkan di makam kuno Lahore. Juga seruan mantra Jhulelal dan Mast Qalandar yang mengagungkan guru Sufi. Apakah itu Islam? Saya pernah terlibat perdebatan panjang dengan seorang pelajar Deobandi – aliran konservatif di Asia Selatan – yang bersikukuh bahwa musik, tarian Sufi, dan penyebutan Tuhan sebagai kekasih adalah haram.

Mengunjungi makam dan mengharapkan mukjizat juga tradisi lokal yang masih hidup subur di tanah Punjab dan seluruh anak benua. Di makam Jalaluddin Surkh Bukhari ini, orang berziarah. Ada yang membawa anak atau orang tuanya yang sakit, mengharap kesembuhan dari tempat suci. Cara mereka berziarah pun penuh dengan kultur Hindu. Dengan telapak tangan kanan mereka menyentuh daun pintu kemudian menempelkan tangan ke dahi dan mulut berkomat-kamit membaca doa. Ada pula yang dengan rasa haru sampai menangis menggapai dan mencium makam suci yang dibalut kain merah dan hijau. Ada yang berkeliling makam sambil menyentuh semua sisi dinding dan pilar-pilar kayu, mengharapkan transmisi mukjizat dari tempat suci ini.

Hanya laki-laki yang boleh masuk ke dalam bangunan kuno ini. Tugas chowkidar adalah menjaga ketertiban di sini. Pria gemuk berkumis dan berumur empat puluhan ini sangat tegas terhadap peziarah yang tak turut aturan. Kaum perempuan hanya boleh membaca doa dari ambang pintu, berjongkok dan berkomat-kamit tanpa henti. Isak tangis dan sesenggukan pun terdengar ketika para perempuan berkerudung rapat itu memanjatkan doa mereka.

Chowkidar bukan hanya sekadar penjaga makam biasa. Ia juga menjadi tumpuan harapan para peziarah. Seorang ayah membawa bayinya yang sakit mental kepada chowkidar. Sang juru kunci membaca doa, menyentuh tubuh bayinya, dan memberinya sejumput garam dan beberapa lembar kertas bertulis huruf Arab.

Semakin besar harapannya, semakin besar pula mannat-nya. Mannat berarti sumpah atau nazar (dari kata nadhr), yang merupakan perjanjian dari peziarah untuk melakukan sesuatu agar doanya terkabul. Seorang perempuan tua mengabdikan hidupnya di makam ini sebagai penyapu sebagai wujud nazarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com