Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Titik Nol (206): Afganistan, Saya Datang

Kompas.com - 20/05/2009, 15:06 WIB
[Tayang:  Senin - Jumat]


KOMPAS.com — Masuk ke mulut singa. Begitulah yang saya rasakan ketika akhirnya saya melihat papan besar, bertuliskan  "FOREIGNERS ARE NOT ALLOWED BEYOND THIS POINT".

Inilah pintu gerbang Khyber Agency, salah satu dari tribal area yang tersohor itu, di mana orang asing tidak diperbolehkan masuk tanpa surat izin dari Political Agent di Peshawar. Gerbang ini adalah tempat dimulainya daerah tanpa hukum. Yang berlaku selepas ini adalah hukum adat Pashtun. Mata balas mata. Darah balas darah.

Dari sekian banyak agency, unit wilayah tribal area di Pakistan, semuanya adalah sumber masalah bagi negara ini. Kata tribal sering diorientasikan dengan keterbelakangan, primitif, dan kekacauan. Dalam kasusnya di Pakistan, memang tidak ada berita bagus tentang tribal area. Taliban, opium, senjata ilegal, hashish, penculikan, perang, bom, tanpa hukum, pemberontakan. Semuanya kumpulan kosa kata berkonotasi negatif.

Khyber agency, yang pintu gerbangnya ada di depan mata saya sekarang, adalah urat nadi utama yang menghubungkan Peshawar ke Kabul melintasi Celah Khyber. Nama Khyber sudah membangkitkan nostalgia masa lalu, celah di gunung-gunung yang dilewati para penakluk dunia, mulai dari Iskander Yang Agung, raja-raja Persia, Turki, Mongol, hingga pasukan kolonial Inggris. Sekarang, tempat ini juga sudah mulai dirambah Taliban, didukung Lashkar-i-Islami, pasukan suku setempat, yang mulai menurunkan hukum-hukum yang memang sudah menjadi trademark-nya, mulai dari larangan mendengarkan musik hingga kewajiban memakai topi dan pakaian adat.

Sekitar setengah juta penduduk Khyber Agency, sebagian besar adalah orang-orang suku Afridi dan Shinwari. Suku Afridi sudah tersohor keberaniannya seantero negeri. Orang-orang Afridi ikut berjuang dengan garang dalam merebut sebagian tanah Kashmir dari tangan orang-orang India. Orang-orang yang sama terlibat dalam bisnis penyelundupan dan perdagangan senjata ilegal, obat terlarang, dan macam-macam yang lain di Darra Adam Khel.

Saya tidak sendiri datang ke sini. Semua tribal area terlarang bagi orang asing, yang kalau terbunuh di sini tidak ada hukum yang bisa membantu. Namun, Khyber Agency menawarkan romantisme sejarah masa lalu, yang memikat orang-orang asing untuk mencicipi keganasan Afganistan dari bukit-bukit dan lekukan-lekukan Celah Khyber. Untuk surat izin masuk Khyber Agency bisa didapat dengan mudah di Peshawar. Syarat yang harus dipenuhi orang asing yang masuk ke sini, harus mempunyai kendaraan sendiri dan ditemani seorang khasadar bersenjata api. Jadilah saya menumpang taksi menuju ke perbatasan Afganistan, dan seorang tentara suku berseragam jubah hitam dan bertopi baret miring mengimbangi jenggotnya yang lebat, duduk di samping supir dengan menenteng bedilnya.

Baab-i-Khyber, Gerbang Khyber, dengan arsitektur gerbang benteng Eropa, melintangi jalan utama menuju Khyber Pass. Nampak truk dan bus lalu lalang. Saya minta izin turun dari taksi, yang sebenarnya melanggar ketentuan yang berlaku. Kalau ketahuan, khasadar yang mengawal saya bisa dihukum. Di agency ini memang nampak pria-pria berbalut jubah yang lalu lalang sambil mencangklong bedil Kalashnikov di pundaknya. Di sini senjata memang sudah akrab dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan hanya untuk belanja ke pasar pun kakek-kakek tua berjenggot lebat mesti bawa senapan.

Khasadar tidak perlu menjalani latihan khusus untuk menjadi petugas keamanan. 

          "Buat apa latihan? Kita sudah memegang bedil sejak kanak-kanak."

Bekerja di daerah liar seperti ini, tempat semua orang membawa bedil dan hukum rimba yang berlaku, tentu saja berbahaya. Khasadar yang saya bawa menyebutkan bahwa seorang kawannya mati kena tembak di sebuah sudut jalan dekat Baab-i-Khyber. Tetapi itu tidak menghalangi orang untuk menjalani pekerjaan berbahaya ini. Beberapa khasadar yang saya lihat berpatroli di jalan, banyak yang bahkan berumur sekitar 16 tahun saja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Hotel Story
3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

Travel Tips
Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Jalan Jalan
Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Travel Update
5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

5 Wisata di Bandung Barat, Ada Danau hingga Bukit

Jalan Jalan
Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Aktivitas Bandara Sam Ratulangi Kembali Normal Usai Erupsi Gunung Ruang 

Travel Update
5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

5 Cara Motret Sunset dengan Menggunakan HP

Travel Tips
Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Harga Tiket Masuk Balong Geulis Cibugel Sumedang

Jalan Jalan
Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Tips Menuju ke Balong Geulis, Disuguhi Pemandangan Indah

Travel Update
Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Serunya Wisata Kolam Renang di Balong Geulis Sumedang

Jalan Jalan
Nekat Sulut 'Flare' atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Nekat Sulut "Flare" atau Kembang Api di Gunung Andong, Ini Sanksinya

Travel Update
Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Dua Bandara di Jateng Tak Lagi Berstatus Internasional, Kunjungan Wisata Tidak Terpengaruh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com