Tentu saja proses produksi film itu sendiri-seperti film Sang Pemimpi yang digarap selama 1,5 bulan di Belitong-juga memberi efek ekonomi tersendiri. Dari total Rp 11 miliar biaya produksi, kata Mira Lesmana dari Miles Films, hampir Rp 4 miliar dihabiskan di Belitong, antara lain untuk honor kru lokal, katering, penginapan, dan rental mobil.
Karya kreatif
Kebangkitan Belitong mencuat menyusul sukses tetralogi novel dan film Laskar Pelangi. Situasi ini mirip dengan Kota Wellington di Selandia Baru yang tumbuh cepat setelah dijadikan markas utama pembuatan film trilogi The Lord of The Ring. Begitu pula sukses film Slumdog Millionaire yang segera menarik perhatian dunia pada kehidupan kaum miskin di tengah kota Mumbai, India.
Semua itu seperti meneguhkan tesis Richard Florida, ahli studi kota asal Amerika Serikat: kemajuan kota didorong kelas kreatif yang berdaya inovasi tinggi sehingga bisa menggerakkan perubahan sosial, ekonomi, dan politik. Di Belitong, tetralogi novel dan film Laskar Pelangi telah memompa energi memajukan pulau itu. Masyarakat berharap, energi itu segera diikuti program nyata, seperti menyiapkan infrastruktur wisata, seperti transportasi, promosi, dan penginapan yang masih sangat minim.
"Jika pemerintah masih terus gagap, momen ini bisa hilang," kata Saderi (68), tokoh masyarakat di Gantong.
(Selesai)