Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisatawan Malaysia Batalkan Berwisata ke Yogya

Kompas.com - 15/09/2009, 18:41 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Permusuhan Indonesia dengan Malaysia—karena negeri jiran itu mengklaim seni tradisi Indonesia—harus cepat diredakan. Beberapa rombongan turis asal Malaysia yang sudah membatalkan jadwal cukup membuat waswas insan pariwisata Yogyakarta.

Bendahara Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) DIY Edwin Himna mengatakan, agen-agen perjalanan di Malaysia pekan lalu menginformasikan bahwa tiga grup wisatawan asal Malaysia, yang dijadwalkan datang ke Yogyakarta pada Oktober mendatang, membatalkan diri. Mereka merasa tidak nyaman berada di Indonesia sehingga memilih batal.

Tiga grup itu kira-kira 150 orang. Wisatawan asal Malaysia biasanya tinggal di Yogya selama 4 hari 3 malam. Mereka juga suka berbelanja. Sekarang mereka batal datang. "Bayangkan nilai rupiah yang mestinya didapat, tapi kini lepas," ujar Edwin di sela-sela pertemuan dengan Hotel Santika Premiere Yogya.

Menurut Edwin, kabar itu membuatnya waswas. Sebab, tak menutup kemungkinan grup-grup wisatawan lain ikut-ikutan batal berwisata ke Yogyakarta. Kabar bahwa beberapa waktu lalu asrama mahasiswa asal Malaysia di Yogyakarta dilempari batu sudah diketahui publik Malaysia. Hal itu pun cukup membuat mereka cemas.

"Orang Malaysia tahu kok bahwa Indonesia kaya akan seni budaya. Mereka juga tahu bahwa Tari Pendet berasal dari Indonesia. Salah satu menteri Malaysia, di sebuah televisi Malaysia, juga sudah menyatakan maaf atas kejadian tersebut," ucapnya.

Publik Malaysia, menurut Edwin, cukup dewasa dalam memandang masalah tersebut. Mereka paham bahwa rakyat Indonesia sangat marah dan merasa tidak terima. Namun, kondisi perang jangan sampai keterusan karena iklim pariwisata akan terganggu, apalagi wisatawan asal Malaysia termasuk yang menggemari Yogyakarta.

General Manager Hotel Santika Premiere Yogya Handono S Putro mengatakan, kunjungan pariwisata Indonesia, khususnya Yogyakarta, yang membaik pada tahun ini, jangan sampai turun. Kondisi pariwisata Indonesia mesti maju, seperti pada tahun 1990-an.

Saat itu, program wisata Indonesia sangat diminati. Indonesia mengalahkan Singapura, Thailand, dan Malaysia sekalipun. Namun, Indonesia lantas terhantam banyak isu dan konflik, yang terakhir kasus Bom Bali. "Tahun 2009 ini sebenarnya saat yang bagus untuk menata ulang pariwisata. Jangan sampai ada kejadian yang mengganggu," papar Handono.   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com