Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Gunungkidul Berharap Air dari Tebing Batu

Kompas.com - 04/10/2009, 22:40 WIB

GUNUNG KIDUL, KOMPAS.com - Pantai Selatan Gunung Kidul, DI Yogyakarta sebenarnya memiliki kekayaan limpahan sumber mata air yang muncul dari tebing-tebing batu. Mayoritas dari mata air di tepi pantai ini belum termanfaatkan. Mata air di tebing laut cenderung terbengkalai karena jauh dari pemukiman penduduk dan belum ada infrastruktur jalan yang memadai.

Wilayah Desa Tepus, Tepus, Gunung Kidul, misalnya, memiliki lima buah mata air dari tebing-tebing yang tersebar di pantai Selatan. Namun, seluruh warga di desa tersebut sepenuhnya bergantung pada pembelian dari mobil tangki air keliling dengan harga berkisar Rp 80.000 hingga Rp 100.000 per 5.000 liter.

Mata air di pantai sulit dijangkau karena jaraknya lebih kurang empat kilometer dari pemukiman penduduk terdekat. Jalan ke lokasi mata air ini pun sulit dilalui karena masih berupa jalan berbatu tajam. Padahal debit dari masing-masing mata air mencapai lebih dari 5 liter per detik dan mampu memenuhi kebutuhan air dari dusun-dusun terdekat.

Pada Minggu (4/10), warga dari Desa Tepus mulai bergotong royong membersihkan dan mengukur pembuatan bak air di Pantai Cluwakan yang merupakan salah satu dari lima mata air di tebing pantai. Sejak tahun 2008, warga membentuk kelompok pemerhati sumber daya air untuk pengangkatan air secara swadaya dari Pantai Cluwakan.

Menurut Ketua Kelompok Pemerhati Sumber Daya Air dari Dusun Gembuk, Desa Tepus, Supardi, warga sengaja membentuk kelompok yang terdiri dari 40 tokoh masyarakat untuk mengangkat air dari Pantai Cluwakan. “Secara swadaya, kami bekerja bakti demi terealisasinya pengangkatan air. Kami juga tidak lelah mencari pendanaan dengan mengirim proposal ke berbagai pihak,” kata Supardi.

Petugas Kesejahteraan Rakyat dari Desa Tepus Salip Sasminto menambahkan bahwa pembentukan kelompok ini mampu memberi harapan kepada warga untuk pemenuhan kebutuhan air sendiri. Saat ini, warga sudah mulai bergotong royong membangun jaringan pengangkatan air sejauh 300 meter dari Pantai Cluwakan. "Jika warga tidak aktif, masalah air tidak akan terselesaikan," tambahnya.

Tak hanya di Pantai Cluwakan, warga Dusun Sureng, Desa Purwodadi, Tepus juga telah mampu menaikkan air dari sumber mata air Kali Sureng di tepi Pantai Ngetun. Di Pantai Ngungap, Kecamatan Girisubo, warga juga berinisiatif mengangkat air dengan membangun sumur bor.

Tanpa kreativitas warga, impian kecukupan air di Gunung Kidul diyakini akan sulit tercapai. Pemerintah Desa Tepus mengaku sama sekali belum memiliki rencana pembangunan untuk pengangkatan air bagi warga karena terkendala dana. Kehadiran kelompok-kelompok masyarakat yang aktif mencari pendanaan secara pribadi berperan besar bagi pemenuhan kebutuhan air warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com