Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sandwich Ketupat dari Nias

Kompas.com - 21/10/2009, 16:28 WIB

Beberapa orang juga menyebutnya dengan istilah Manado, yaitu erwe atau RW, singkatan dari rintek wu’uk yang artinya bulu pendek – sebagai antonim dari babi yang bulunya lebih panjang. Di warung-warung B1 biasanya juga tersedia tuak mentah (legen), tuak (setelah disuling), maupun minuman lokal beralkohol yang disebut brandy.

Bila Anda boleh makan babi, salah satu tempat makan yang direkomendasikan di Gunung Sitoli adalah Kedai Mie Yuni di Lagundri, tidak jauh dari Pasar Ya’awohu. Ketika saya melongok ke dapur, Yuni yang masih menangani langsung pemasakan mi itu langsung malu. “Ah, orang Jakarta lebih pintar masaknya. Saya malu,” kilahnya.

Cara memasak mi gorengnya memang unik. Pertama, potongan daging babi ditumis dengan bumbu-bumbu, lalu dimasukkan rajangan sawi dan ditambah air. Setelah mendidih, dimasukkan mi telor yang penampangnya sedikit lebih besar daripada spaghetti. Pemasakan dilanjutkan sampai mi-nya cukup tanak.

Sekalipun rasanya enak, tetapi – bagi saya – sawi yang overcooked di dalam masakan ini merupakan nilai negatif. Tetapi, begitulah kesukaan orang di tempat lain. Dengan analogi yang sama, saya juga tidak menyukai minestrone (sup sayur) di Italia yang selalu dimasak sampai sayurnya “mati dua kali”.

Toby

Di Jalan Kelapa, Gunungsitoli juga ada penjual pisang goreng terkenal. Namanya Pisgor Asun. Tetapi, Asun sudah mewariskan ketrampilannya kepada Toby, anaknya, yang kini meneruskan usaha itu bersama istrinya. Info ini saya peroleh dari JS-er asal Nias, Herlin Adeline. Info lain saya peroleh dari JS-er Indra Fakhrudi, yang kebetulan sedang berdinas di Pulau Nias untuk jangka panjang.

Terus-terang, sebetulnya tidak ada yang istimewa dari Pisgor Toby ini. Pisang kepok diiris-iris lalu dimekarkan sehingga membentuk kipas, dan dicelupkan ke dalam adonan tepung beras. Pisang bertepung ini digoreng dalam dua tahap. Pertama, digoreng setengah matang dulu. Setiap ada pembeli, pisang digoreng lagi agar tersaji panas dan kriuk (crispy).

Tetapi, Toby juga punya sajian khusus yang belum pernah saya jumpai di tempat lain, yaitu ketupat pisgor. Ketupat pulut (ketan) di belah dua, kemudian diratakan di atas pisang goreng, dilumuri santan kental sisa masakan ketupat. Hasilnya adalah sandwich pisang goreng dengan ketan yang pulen dan gurih. Ada sedikit kemiripan dengan menu sarapan orang Minang, yaitu ketan kukus yang disantap dengan lauk pisang goreng atau talas goreng.

Orang Nias menyebut ketupat sebagai tambeye (e pepet). Selain ketupat pulut, ada juga ketupat beras. Tetapi, ketupat beras pun dimasak dalam santan, sehingga teksturnya lebih lembut dan rasanya lebih gurih. Tambeye nasi ini nikmatnya dimakan dengan pangek ikan.

Berbeda dengan di Ranah Minang, pangek ikan di Nias tidak memakai santan, karena itu kuahnya lebih melimpah dan encer. Ikan yang banyak diolah menjadi pangek adalah ikan putih yang bentuknya mirip bawal. Ikan jenis ini dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama pompano.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com