Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si Kenyal Serabi Hijau

Kompas.com - 07/11/2009, 14:54 WIB

BANYAK cara yang bisa dilakukan untuk melestarikan makanan tradisional supaya tidak dilupakan orang. Salah satunya dengan membuat variasi baru pada makanan tersebut.

Hal itu yang dilakukan Toto Subiakto (42), pemilik kedai Pondok Serabi Hijau yang terletak di Telukbuyung, Bekasi. Sejak tahun 2001 dia melakukan inovasi dengan membuat serabi berwarna hijau.

Warna hijau itu diambil dari daun pandan dan daun suji, sehingga warna serabinya berbeda dari serabi pada umumnya yang hanya berwarna kuning kecokelatan. Meski rasa pandannya tidak terlalu pekat, dari warnanya saja sudah cukup mengundang selera.

Serabi hijau buatan Toto ini memiliki variasi topping dan kinca gula (kuah) yang berbeda dari lainnya, sehingga menghasilkan cita rasa yang cukup beda. Adapun kuahnya ada kuah nangka, durian, dan pandan. Untuk kuah durian di dalamnya juga disertakan daging buahnya, demikian juga dengan nangka.

Sedangkan untuk lapisan atas atau topping-nya antara lain selai stroberi dan nanas, pisang, keju, coklat meses, nangka, atau dua topping jadi satu. Ada pula yang polos, tergantung selera. "Meski ada topping-nya tetap saja dimakan dengan kuahnya. Dan yang menjadi favorit para pelanggan adalah dengan kuah durian," ujar Toto yang ditemui pada akhir pekan lalu.

Serabi hijau ini cukup tebal, saat digigit terasa kenyal dan empuk, sehingga memberikan kepuasan tersendiri. Seporsinya terdiri dari sepasang serabi yang diberi kuah santan yang diberi rasa nangka, durian, atau pandan. Untuk kuah durian yang dipakai sesuai dengan musimnya. Tapi jika tidak sedang musim durian yang dipakai jenis durian monthong.

Menurut Toto, semua bahan untuk membuat serabi hijau ini sangat mudah didapatkan dan dia tidak pernah mendapat kesulitan untuk memperolehnya. Dalam  membuat serabi hanya dibutuhkan tepung terigu, tepung beras, dan santan. Selain itu yang membuat rasa dan aromanya berbeda yaitu dari pemasakannya yang menggunakan kuali tanah liat (anglo) dan kompor berbahan bakar kayu, demi menjaga kualitas. Ada 20 tungku yang selalu menyala.

Para karyawannya menuangkan adonan-adonan tersebut ke wajan tanah  dan proses pemasakannya hanya memakan waktu kurang lebih satu menit. Kalau lebih lama akan menimbulkan warna kehitaman di bagian bawah. Menurut Toto, rasanya akan lebih baik dibandingkan bila dimasak dengan kompor minyak atau gas. Justru dengan alat masak tungku tanah dan wajan tanah ukuran mini pas untuk serabi buatannya.

Dibuat mendadak
Semua serabi itu dimasak secara mendadak. Bila ada pelanggan datang, baru dibuatkan serabinya, sehingga masih hangat saat disantap. Kecuali mereka yang sudah pesan sebelumnya.

Setangkup serabi hijau dihargai Rp 1.500-2.500. Atau kalau mau beli untuk dibawa pulang satu dus isi 10 tangkup harganya Rp 15.000 untuk serabi polos dengan kuah, Rp 20.000 per dus untuk serabi dengan variasi isian, dan Rp 25.000 per dus untuk isian cokelat-keju, pisang-keju, dan pisang-cokelat.

Warungnya cukup sederhana, hanya ada meja panjang dan bangku tinggi dari rotan. Lalu ada bale-bale kecil untuk orang yang menunggu pesanan. Begitu masuk, kita langsung bisa melihat tungku-tungku untuk membuat serabi.

Di dindingnya terpampang poster bergambar hamparan sawah yang hijau. Menurut Toto, kebanyakan pelanggannya membeli serabi untuk dibawa pulang. Jarang yang makan di tempat. (Dian Anditya Mutiara)

Alamat Pondok Serabi Hijau:
Jalan Baru Perjuangan, Telukbuyung, Bekasi
Telp: 08128724087, 93570059
Buka: 08.00-21.00

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com