Menu lain, kerang macan berbumbu saus singapur. Meski isi kerang sudah dikeluarkan, tetapi menu ini disajikan lengkap dengan cangkang kerangnya yang bermotif menyerupai belang-belang macan.
Saat menikmati daging aneka kerang yang kenyal itu kami seolah dilontarkan ke masa purba di mana kerang menjadi santapan utama untuk menyambung hidup. Bukti-bukti permukiman manusia purba di Gilimanuk, Jembrana, Bali, misalnya menunjukkan tumpukan cangkang kerang di sekitar fosil manusia. Para peneliti berpendapat saat itu manusia sudah menjadikan kerang sebagai santapan terlezat. Wow!
Kini setelah sekian abad terbentang, manusia masih menyantap makhluk purba ini dengan lahap. Bahkan setelah menyajikan 12 jenis kerang di restorannya, Nanang belum cukup puas. ”Saya ingin menyajikan kerang yang cangkangnya bisa dijadikan terompet, memang sulit. Dan saya yakin konsumennya pasti ada saja,” tuturnya.
Mitos
Kerang buat Nanang sesuatu yang unik dan eksotis. Pada masyarakat modern keunikan dan eksotika sering kali menjadi acuan sebuah penjelajahan baru. Memang, katanya, belum banyak konsumen yang tergila-gila pada kerang, tetapi restoran ini sudah bisa menghabiskan 5-7 kilogram kerang berbagai jenis saban hari. Artinya, memang ada penggemar makanan kerang. ”Apalagi ada mitos-mitos kerang dara, misalnya buat obat. Itu makin menggairahkan konsumen,” ujar Nanang.
Selain kerang, restoran ini sebenarnya juga menyajikan menu pembuka bersantp istimewa bernama Sup Kelapa Seafood Dermaga. Sup ini disajikan dalam sebutir kelapa muda lengkap dengan dagingnya. Rasanya memang mirip-mirip sup tom yam Thailand yang berkuah kental.
”Air kelapanya kami gunakan sebagai kuah, jadi rasanya ada manis bercampur rempah yang gurih,” ujar Nanang. Sajian sup ini berhasil membangkitkan selera makan kami. Apalagi seusai makan, daging kelapa bisa dijadikan menu penutup yang tak kalah dengan segelas es krim.
Jadi, siap-siaplah terlontar ke wilayah purbawi untuk menyantap berbutir-butir kerang…. (Putu Fajar Arcana & Budi Suwarna)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.