”Jangan bicara karakter bangsa apabila bahasa Indonesia masih dikesampingkan di sekolah bertaraf internasional di negeri sendiri. Pelajaran Bahasa Indonesia justru hanya menjadi pilihan ketiga setelah Inggris dan Mandarin,” keluh istri Edo Eduar Jeroen Lezer itu dalam Seminar Nasional Peran Kebudayaan Membangun Karakter Bangsa di Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata di Jakarta, Senin (21/6/2010). Peraih ”Local Hero” dari Festival Film Asia di Yogyakarta tahun lalu itu mengakui, bahasa Inggris dan Mandarin memang penting pada era globalisasi sekarang ini. ”Namun, bukan berarti bahasa Indonesia dilupakan, kan?” katanya lagi. ”Padahal, tahun 1928, bahasa Indonesia bersama-sama disepakati kaum muda Indonesia sebagai bahasa persatuan dan kesatuan. Sekarang, kok, disia-siakan.” Oleh sebab itu, lanjut Christine, tak mengherankan jika sekarang orang Indonesia mencari-cari lagi akar karakter bangsa. ”Kita seperti tidak mengenal diri kita sendiri sehingga sekarang mencari-cari. Padahal, akar karakter kita sudah ada dari dahulu kala,” kata peraih beberapa kali Piala Citra itu. (har)