Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemurahan Alam Tengger yang Menakjubkan

Kompas.com - 19/07/2010, 07:16 WIB

Tentu saja eksotika Bromo tidak hanya dilihat dari Pananjakan saat pagi hari. Dari titik Bromo bisa dilihat Pegunungan Tengger yang juga penuh pesona. Terlihat Gunung Batok yang memiliki galur-galur tertata rapi dan bagian atasnya datar menyerupai helipad. Puncak Gunung Semeru yang runcing sesekali menyembulkan asap.

Jika mau meluangkan waktu, bisa pergi ke Padang Savana yang berada di sisi utara Bromo, hamparan padang rumput yang luas. Saat angin bertiup, akan terlihat seperti lapisan buih yang berkejar-kejaran. Dan saat didekati, hamparan putih berubah jadi kuning karena rumput itu kering.

Di Padang Savana, sebelah-menyebelah adalah bukit yang hijau. Di sebelah kanan dari arah Bromo terlihat gundukan-gundukan bukit yang berundak-undak berwarna hijau seperti taman yang rumputnya dipangkas dengan mesin pemotong rumput. Masyarakat menyebutnya bukit Teletubbies karena bentuknya mirip dengan rumah film TV boneka Teletubbies. Segala pesona ini masih dilengkapi bunga warna-warni yang tumbuh secara alami dan kicau pelbagai macam jenis burung.

Tentu saja menaiki puncak Gunung Bromo adalah tujuan utama wisata. Tidak sulit untuk mencapai puncaknya. Setelah berhenti di tempat parkir mobil di Segara Wedi, pengunjung berjalan sampai ke puncak sekitar 2,5 kilometer. Bisa juga menunggangi kuda yang disewakan Rp 50.000 sekali jalan. Kemudian naik setinggi sekitar 292 meter, termasuk lewat 249 anak tangga dengan kemiringan sekitar 60 derajat. Sesampai di puncak, pengunjung akan menyaksikan lingkaran kawah, yang dari dasarnya menyemburkan asap putih berbau belerang.

Pemberdayaan ekonomi

Puncak pesona Bromo terjadi saat berlangsung tradisi upacara Kasada—dan tahun ini akan jatuh pada 24-25 Agustus. Upacara ini berupa mempersembahkan hasil produksi pertanian, ternak, dan uang ke kawah Gunung Bromo dari masyarakat subkultur Tengger.

Masyarakat subkultur Tengger adalah masyarakat yang secara tradisional dan turun-temurun tinggal di kawasan Pegunungan Tengger. Mereka menempati lebih dari 20 desa yang tersebar di empat kabupaten, yaitu Pasuruan, Probolinggo, Malang, dan Lumajang. ”Orang Tengger pasti mengikuti upacara Kasada. Ini upacara adat yang terlepas dari apa pun agamanya,” kata Trisno Sudigdo, Ketua Koperasi Wisata Bromo Tengger Sejahtera.

Salidi, warga Desa Ranu Pani, mengatakan, semua orang Tengger harus ikut Kasada karena sebagai keturunan Jaka Anteng dan Rara Seger. Kalau sampai tidak ikut Kasada, akan kualat (terkutuk). Tua-muda, bahkan anak-anak, selagi masih kuat, akan pergi ke kawah Bromo untuk mempersembahkan sesaji. Bagi masyarakat Tengger, Bromo adalah gunung suci.

Secara ekonomis, masyarakat Tengger juga memperoleh manfaat dari keberadaan Bromo sebagai obyek wisata. Melalui koperasi, mereka memonopoli angkutan jip Hardtop dan penyewaan kuda. Mereka juga memperoleh dampak ekonomis dari pengelolaan home stay, perdagangan, dan jasa.

Trisno, yang berpendidikan S-2, suatu tingkat pendidikan yang sangat langka di masyarakat Tengger, punya obsesi agar Bromo lebih memberdayakan ekonomi masyarakat Tengger. Oleh karena itu, ia merancang wisata kuliner Tengger.

Selain Kasada, ada upacara masyarakat Tengger yang bisa dijadikan obyek wisata, sebutlah upacara unik Karo, Unan-unan, perkawinan, dan Nyewu. Sementara itu, tradisi Gegeni—menerima tamu di sekitar tungku perapian—mestinya bisa jadi obyek wisata juga. (Antony Lee)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com