Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Macassar, Pengucilan Terakhir Yusuf

Kompas.com - 26/07/2010, 20:47 WIB

KOMPAS.com — Bangsa Indonesia punya pahlawan besar yang juga dihormati di Afrika Selatan (Afsel). Bahkan, tempat tinggalnya pun masih dihormati warga sekitar dan dikenal dengan baik. Dia tak lain adalah Syeikh Yusuf dari Goa, Makassar.

Dia lahir pada 3 Juli 1626 dari pasangan Abd Allah dan Aminah. Syeikh Yusuf merupakan kerabat dekat kerajaan Goa saat itu. Masa mudanya dihabiskan belajar agama Islam di Arab Saudi dan Yaman.

Sepulang dari belajar dan berhaji, dia banyak membantu Sultan Ageng Tirtayasa di Banten dalam memerangi VOC. Dia bahkan menikahi anaknya. Namun, ada sumber yang mengatakan bahwa istrinya adalah adik Sultan Ageng.

Karena kegigihannya itu, Belanda sangat membencinya. VOC akhirnya berhasil menangkapnya pada 1683 dan membuangnya ke Sri Lanka.

Namun, itu tak mengakhiri komunikasi Syeikh Yusuf dengan para pejuang Indonesia. Setiap kali pulang haji, banyak warga Indonesia yang mampir ke Sri Lanka untuk bertemu Syeikh Yusuf.

Ini membuat Belanda semakin gerah. Maka dari itu, pada 1694, Belanda mengirim Syeikh Yusuf ke Cape Town, Afsel, menggunakan kapal Voetboog. Dia diikuti dua istrinya, 12 anaknya, 12 imam, dan beberapa pengikut.

Rupanya, Belanda masih takut kepada pengaruh Syeikh Yusuf. Di Cape Town, dia ditempatkan di daerah perbukitan, Zandvielt, di luar Cape Town. Daerah yang amat terpencil. Ini upaya VOC menghindari pengaruh Syeikh Yusuf kepada para budak, terutama budak asal Indonesia. Namun, tetap saja para budak sering ke Zandvliet, berhubungan dengan Syeikh Yusuf. Pengaruhnya tetap kuat. Bahkan, mereka kemudian menyebarkan agama Islam di daerah itu.

Saking kuatnya pengaruh Syeikh Yusuf, Zandvliet akhirnya berubah nama menjadi Macassar. Pasalnya, Syeikh Yusuf berasal dari Makassar, Sulawesi. Sampai sekarang, orang menyebutnya Kampung Macassar.

Syeikh Yusuf meninggal pada 23 Mei 1699 dan dikuburkan di tempat itu juga. Namun, pada 1705, kerangka Syeikh Yusuf dipindahkan ke Makassar dan dikubur di Desa Katangka, Gowa.

Meski begitu, makam Syeikh Yusuf di Macassar atau Zandvlied, Cape town, masih dipertahankan dan tetap dirawat dengan baik. Bahkan, sampai sekarang orang Cape Town masih menghormati jasanya. Mereka menyebut makam itu "Kramat". Orang Cape Town sendiri sebagian besar tak tahu apa arti "kramat" atau "keramat".

"Anda orang Indonesia harus mengunjungi Tuan Yusuf di Kramat. Dia orang Indonesia," kata Karim, warga Cape Town.

Saat ini, Macassar dihuni 40 kepala keluarga. Tempat itu cukup sepi dan tenang. Namun, di saat-saat tertentu, makam Syeikh Yusuf menjadi ramai dikunjungi orang Afsel atau orang asing, terutama dari Indonesia dan Malaysia.

Meski kerangkanya sudah dipindah ke Makassar pada 1705, makam itu dirawat. Bahkan, Hajee Sulaiman Shah Mohammed dan keluarganya membangunnya dengan peletakan batu pertama oleh Sir Frederic de Waal, administrator pertama Provinsi Cape.

Presiden Soeharto pernah mengunjungi tempat ini pada 21 November 1997. Sebelumnya, dia menetapkan Syeikh Yusuf sebagai pahlawan nasional pada 7 Agustus 1995.

Bicara soal tempat, untuk ke Kampung Macassar tak sulit. Hampir setiap orang di Cape Town tahu arahnya. Perjalanan dari Cape Town bisa melewati Mitchell Plain, kemudian Khayelietsha. Lalu, di perempatan Baden Powell Drive akan terlihat papan bertuliskan Macassar Rd.

Nah, itu artinya sudah dekat. Tinggal mengikuti arah jalan itu, kemudian akan ada tembok bertulisankan "MACASSAR". Dari tulisan itu ke arah makam hanya sekitar 500 meter.

Namun, sebelum makam akan terlihat masjid Nurul Latif. Di depan masjid itu ada prasasti bahwa tempat itu pernah direnovasi oleh Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri pada 2002.

Yang unik, pada bulan April, di tempat ini akan ada Easter Festive atau Festival Paskah. Kampung Macassar adalah daerah Islam, tapi juga ramai pada saat paskah.

Cuma, festival itu didominasi kegiatan membaca Al Quran. Rupanya, ini ada sejarahnya.

Dulu, ketika bangsa kulit putih berkuasa dan masih ada perbudakan, mereka selalu merayakan hari Paskah. Pada saat itu, budak-budak asal Indonesia yang beragama Islam juga ingin senang seperti mereka. Maka dari itu, ketika para majikan mereka merayakan Paskah, para budak yang beragama Islam membuat acara sendiri, tepat pada hari Paskah. Mereka mengisi acara itu dengan membaca Al Quran.

"Saya juga pernah bertanya-tanya dan penasaran, kenapa di Kampung Macassar ada perayaan pada hari Paskah. Ternyata, itu sejarahnya," kata Jaka Widyatmadja, staf KBRI di Pretoria yang tinggal di negeri itu sejak 1995.

Kampung Macassar memang amat bersejarah. Daerah kecil itu menjadi pengucilan terakhir pahlawan Syeikh Yusuf, hingga dia meninggal. Dan, tradisi yang dia tinggalkan pun masih berkembang. Bahkan, tempat itu masih dihormati orang Afsel, terutama warga Cape Town.

Bahkan, di dekat makam itu ada kedai kopi memakai nama dengan ejaan bahasa Indonesia, yakni "Warung Kopi". Pemilik warung itu, Raimah, mengatakan, "Ya, itu bahasa Indonesia. Kami banyak mengenal bahasa Indonesia karena Tuan Yusuf," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

    8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

    Hotel Story
    Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

    Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

    Travel Update
    Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

    Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

    Travel Tips
    3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

    3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

    Travel Update
    4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

    4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

    Travel Update
    Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

    Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

    Travel Update
    10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

    10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

    Travel Tips
    5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

    5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

    Jalan Jalan
    5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

    5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

    Travel Tips
    Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

    Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

    Jalan Jalan
    Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

    Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

    Jalan Jalan
    Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

    Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

    Jalan Jalan
    Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

    Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

    Travel Update
    Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

    Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

    Jalan Jalan
    Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

    Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com