Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Val de Loire, Kaya Peninggalan Sejarah

Kompas.com - 30/08/2010, 16:52 WIB

KOMPAS.com - Pertama kali mendengar nama Perancis, yang terlintas dari kebanyakan orang adalah menara Eiffel, kerajaan, kastil, seni dan masih banyak hal lainnya yang berkaitan dengan kekayaan akan sejarahya.

Liburan musim panas ini kami memutuskan untuk lebih mengenal Perancis tengah dan utara kepada anak-anak kami. Sengaja kami memilih ke daerah tengah dan utara karena daerah kami tinggal di Perancis selatan panasnya sudah mulai membuat badan ini hangus terbakar dan juga padatnya turis bikin pening kepala. Makanya kami memutuskan untuk sedikit mendinginkan hawa tubuh ke daerah sejuk sebelum menyambut datangnya ramadhan, hitung-hitung isi energi untuk bulan puasa nantinya.

Val de Loire menjadi salah tujuan kami. Mengapa? Karena di daerah ini bukan hanya terdapat satu atau dua kastil peninggalan kekaisaran Perancis, namun begitu kaya akan peninggalan sejarah budayanya, kastil, taman kerajaan, sungai dan hutannya. Kekayaan yang dimiliki daerah ini membuat Unesco mencatatnya sebagai daerah bersejarah dunia.

Kami hanya tinggal dua malam di Val de Loire, waktu yang sangat kilat memang untuk bisa menyibak kekayaan daerah ini. Karena sekitar 50 kastil peninggalan kekaisaran patut dikunjungi, taman kerajaan, hutan dengan beribu jenis tumbuhan yang tak biasa kita lihat sehari-hari.

Seorang teman yang pernah delapan tahun tinggal di daerah ini berkata, "Delapan tahun saya hidup di sana, bahkan bekerja sebagai salah satu guide di kastil Blois. Namun waktu delapan tahun itu tak cukup untuk bisa menyibak kekayaan kastil di sana".

Jadi bisa dibayangkan kami yang hanya tinggal dua malam! Dari puluhan kastil tiga kastil menjadi pilihan kami. Château (kastil) de Chambord, Château de Blois dan Château de Cheverny.

Château de Chambord

Château de Chambord menjadi pilihan pertama yang kami datangi karena kenalan kami adalah guide di sana. Namun karena kami datang dengan anak kami maka kunjungan yang kami lakukan dipilih oleh kenalan kami itu, kunjungan pendidikan bagi anak-anak.

Guide yang memberikan kunjungan kepada rombongan kami seorang wanita yang mengenakan kostum tukang masak abad ke-16. Cara pengenalan yang diterapkan sangat menarik bagi anak-anak. Saya sampai heran melihat bagaimana anak-anak begitu bersemangat menjawab atau menanyakan setiap kali pemandu menanyakan atau menerangkan sesuatu kepada mereka.

Château Chambord tercatat di Unesco sebagai kastil bersejarah dunia. Kastil ini merupakan salah satu dari hasil karya besar Léonard de Vinci. Memiliki tangga ganda yang menjadi rahasia di abad itu. Kastil yang yang terdiri dari 440 ruangan dan dikelilingi oleh 5.500 hektar taman dan juga sungai kecil yang mengalir di antaranya. Pertunjukkan zaman kekaisaran sering diadakan di sini bagi para publik dan seringkali gratis. Lamanya kunjungan sekitar 1 jam 30 menit dan terdapat alat penterjemah dalam 13 bahasa. Tentunya bahasa Indonesia tidak termasuk...

Berhubung hari itu kami baru saja tiba dari perjalanan kami, maka satu kastil sudah membuat kami sangat kelelahan. Maka kami pun memilih menghabiskan malam hari bersama kenalan kami di kediamannya menikmati paha domba muda bakar dengan sayuran yang dimasak ala perancis yaitu ratatouille. Tengah malam baru kami kembali ke penginapan kami, si kecil Bazile sejak kami mulai makan, dia sudah bermimpi saking letihnya.

Château de Blois

Hari ke dua di Val de Loire kami memutuskan untuk mendatangi Château de Blois pagi harinya dan Château Ceverny sore harinya. Blois adalah ibukota dari Loir et Cher di Perancis tengah. Menurut beberapa orang, bila datang ke daerah ini tanpa mengunjungi kastil Blois sama saja dengan datang ke Paris tanpa melihat menara Eiffel.

Château de Blois di abad ke-15,16 dan 17 merupakan tempat tinggal favorit para raja Perancis. Kastil yang begitu megah ini memiliki tangga yang menawan dengan 4 sayap dengan gaya yang berbeda dari arsitek Perancis di zaman itu. Ruangan kerajaan terisi dengan perabotan cantik dan dihiasi dengan lukisan indah yang membangkitkan kenangan akan kehidupan sehari-hari selama masa Renaissance.

Ketika kami tiba di sana, salah satu ruangan untuk pertemuan para bangsawan, mengadakan pertunjukan teater dimana tiga orang satria melakukan aksi tanding dengan pedangnya. Adam anak sulung kami sangat antusias melihatnya tapi si kecil Bazile langsung menangis ketakutan, sambil berteriak, "Jahat! Orang-orang jahat! Saya mau keluar...!

Aduh..! paniknya Bazile sempat bikin heboh. Karena yang ada para penonton jadi tak bisa mendengar dialog dari para pemain. Untung para pengunjung begitu sabar dan mau mengerti jika anak kami memang masih kecil. Setelah dibujuk barulah dia mau berhenti menangis, tapi selama pertujukkan matanya terus terpejam dan kepalanya masuk kedalam ketiak ayahnya.

Setelah pertunjukan usai, kami memutuskan untuk mengisi perut yang sudah keroncongan. Kami pun berjalan-jalan di kota Blois sambil mencari restoran yang cocok bagi kami sekeluarga. Kami ini senang dengan restoran yang menyajikan menu gastronomie (keahlian dan seni masakan).

Banyak juga yang tak terlalu menyukai restoran gastronomique karena terkadang masakan yang tersaji terlihat begitu sedikit sehingga tidak cukup mengenyangkan perut. Namun masakan yang tersaji begitu cantik dipandang mata dan juga lezat di lidah. Hanya memang banyak restoran yang menuliskan gastronomique tapi sayangnya cita rasanya sama sekali tak berkenan di lidah.

Bagi kami kelezatan dari cita rasa masakan dan juga seni masakan sesuatu yang memberikan nilai lebih dalam menyantap suatu makanan. Dan juga karena restoran gastronomique kerap menyajikan bahan makanan yang kerap tak kita jumpai sehari-hari atau tak terpikirkan oleh kita untuk memasaknya.

Dan restoran Le Médicis menjadi pilihan kami. Saran saya bagi anda yang ingin mengenal dekat cita rasa masakan perancis, anda tak akan kecewa mencicipi hidangan yang disajikan oleh chef  Damien Garanger apalagi menu penutup saat itu yang kami pilih adalah berbagai sajian dari coklat...hemmm.

Setelah kenikmatan sajian masakan dari restoran tercerna dalam perut kami, maka kami melanjutkan perjalanan kami menuju Kastil berikutnya yaitu Château de Cheverny.

Château de Cheverny

Setiap kastil di daerah Val de Loire jaraknya berjauhan. Maka mendatanginya harus dengan kendaraan. Bila kita tidak ada kendaraan bisa dengan wisata turis ke beberapa tempat pilihan, di beberapa hotel atau pusat informasi turis tersedia brosur yang menawarkan paket wisata.

Château de Cheverny adalah kastil yang paling ingin dikunjungi Adam karena digunakan Herge, untuk ilustrasi komik Tintin sebagai kastilnya kapiten Haddock. Hanya dua sayap bangunan dari kastil ini dihilangkan olehnya. Oh ya, sedikit tambahan rata-rata semua kastil menarik biaya kunjungan dari mulai 5 euros hingga 14 euros.

Begitu sampai di muka Château de Cheverny, Adam berseru, "Wow! Memang mirip dengan chateaunya kapiten Haddock".

Terus terang, saya tak merasakan hal yang sama. Sampai miring-miring kepala saya untuk mengingat kembali rumah kediaman si kapiten pemarah itu tapi tetap saja rasanya tak bisa teringat.

Barulah kemudian ketika masuk, terpampang gambar château kapiten Haddock dan gambar Château de Cheverny. "Ahhhhh ya...," saya bergumam, memang ternyata benar.... sama!

Château yang dibangun abad ke-17 ini terkenal sebagai kastil dengan perabotan terindah di Loire. Ruangan-ruangan masih terisi dengan perabotan dan pajangan  bagaikan di abad ke 17, begitu terawat. Salah satu keunikan dari château ini adalah, generasi pemilik dari kastil ini masih tinggal di dalamnya. Biasanya setiap saya mendatangi kastil selalu saja terkesan sepertinya ada penghuninya, tapi di sini memang berbeda. Bangunan bila diisi dan ditempati memang terasa lain. Maklum sajalah namanya juga saya ini orang Indonesia yang terbiasa dengan mahluk halus dan sejenisnya. He-he-he...

Setelah puas melihat keindahan kastilnya Tintin dan kapiten Haddock, Adam mulai ribut ingin cepat-cepat ke butik kastil ini. Namanya juga anak-anak, selalu saja ingin dibelikan sesuatu, apalagi  kali ini barang yang ditawarkan kebanyakan dari komiknya Tintin. Dari mulai orang-orangan dari plastik, boneka, buku-buku Tintin, kaos, gelas pokoknya para orang tua kudu siap dengan rengekan anak deh melihat barang yang ditawarkan.

Seperti biasa, Adam selalu kami beri uang saku sehingga barang yang dia beli sesuai dengan uang yang dimilikinya, satu kapiten Haddock dari plastik dipilihnya. Bazile anak bungsu kami mendapat buku Tintin khusus untuk balita dan saya sendiri seperti biasanya, dari mulai mangkok kecil, magnet dan yang tak pernah ketinggalan adalah kartu pos. Saya memiliki kegemaran menulis kabar dengan kartu pos dari tempat yang kami datangi bagi keluarga dan teman saya.

Hari mulai sore dan kami memilih beristirahat di penginapan. Ada rasa sesal karena daerah Val de Loire yang kaya dengan sejarah ini hanya sepintas kami bisa mengenalnya. Masih banyak sekali yang ingin kami datangi, taman peninggalan raja-raja, hutan yang kaya dengan berbagai jenis tumbuhan.

Tapi, apa boleh dikata waktu kami hanya terbatas dua malam karena masih ada beberapa kota lainnya yang akan kami kunjungi. Namun dua malam saja sudah menjadi kenangan indah yang tersimpan apik, begitu kaya dengan sejarah dan seni sehingga seperti kata teman saya itu, "Delapan tahun pun tak cukup untuk menyibak seluruh keindahan Val de Loire..."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com