Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Salaam" Mumbai

Kompas.com - 06/09/2010, 22:57 WIB

Kota yang mempertemukan beragam kasta dan agama. Juga, kaum termiskin dan superkaya....

Hujan tak pernah berhenti menghunjam Mumbai. Sepanjang hari jalanan basah dan digenangi air. Taksi tua yang dikemudikan Ashok meliuk-liuk di antara ratusan mobil yang terperangkap kemacetan. Siang itu, kesabarannya seperti habis. Lampu merah dilanggarnya. Beberapa kali taksinya nyaris bersenggolan dengan kendaraan lain.

Gaya mengemudi Ashok memang bisa membuat kepala mendidih. Namun, ketika mata berkesempatan melihat sekeliling interior taksi yang sudah sangat tua (Fiat tahun 1950-an), dengan handuk lusuh yang tergeletak di dashboard, recehan uang kertas kumal yang diselipkan di dekat persneling, keringat yang terus bercucuran di kepalanya karena mobil tak berpendingin; perlahan-lahan muncul rasa iba.

Di tengah kemacetan, Ashok bercerita tentang pergulatannya bertahan hidup di kota ini yang telah dilakoninya selama 10 tahun, sejak ia meninggalkan kampungnya di Uttar Pradesh. Kini ia menetap di salah satu shantytown (kawasan kumuh) di kota itu.

Memahami Bombay, menghayati detaknya, memang butuh kesabaran. Kota ini akan memperlihatkan daya tariknya secara perlahan. Gedung-gedung kusam yang dibangun di era kolonial Inggris berangsur membangkitkan aura kehidupan masa lampau. Lalu lalang manusia yang masif, arus lalu lintas yang bising dan padat, di sisi lain sekadar menegaskan bahwa nadi kota ini tak pernah berhenti berdenyut.

Yang mencolok mata, kawasan kumuh (slum) di kota ini begitu luas dan mungkin salah satu yang terbesar di Asia. Kehadiran para pengemis yang berkeliaran di jalan-jalan dan tergolek di trotoar mengentakkan kesadaran tentang realitas kehidupan yang amat keras. Namun, di saat bersamaan, mata menyapu gedung-gedung pencakar langit yang terus bertumbuhan. Sementara koran dan televisi tak henti melaporkan gaya hidup mewah para industrialis, kaum superkaya, ataupun sosialita Bollywood di acara-acara prestisius.

Begitulah, Mumbai penuh dengan kekontrasan. Sejarah perdagangan India dimulai di kota ini. Demikian juga dengan industri film, musik, dan mode. Mumbai mempertemukan beragam kasta, agama, dan kelas sosial.

”Tak ada kota lain di India yang memiliki kekuatan seperti Mumbai. Mumbai sekaligus pusat keuangan, pusat mode, pusat industri film di negara ini,” kata Kaushal (35), perempuan dengan dua anak yang tinggal di salah satu kawasan terbaik di Mumbai.

”Kalau Anda perhatikan, hanya di kota ini kelas menengah India mau menggunakan transportasi umum karena bis-bis di sini terjaga kebersihannya dan relatif aman,” ujarnya.

Di malam hari, Mumbai bertaburan cahaya. Aliran listrik menerangi kios-kios yang berimpitan di sentra-sentra pertokoan, sementara cahaya petromaks menyinari ”pasar-pasar tumpah” di kaki lima. Lalu lalang manusia di malam hari tak pernah menyurut. Ke mana pun menoleh, manusia ada di mana-mana.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com