Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Walking Tour" Soempah Pemoeda

Kompas.com - 01/11/2010, 15:31 WIB

PAGI itu Perpustakaan Nasional RI, di Jalan Salemba, penuh dengan orang-orang berbaju merah atau putih. Mereka adalah peserta "Walking Tour Soempah Pemoeda" yang diselenggarakan oleh Komunitas Historia Indonesia (KHI) dan Jakarta Heritage Community. Ada sekitar 100 lebih peserta yang siap menempuh tur sejarah dengan berjalan kaki sepanjang 4 kilometer.

Acara ini berlangsung pada 31 Oktober 2010 dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda. Serunya lagi acara ini gratis! Peserta diminta mengenakan atasan merah untuk pria dan atasan putih untuk wanita.

Asep Kambali, sejarawan dan pendiri KHI, membuka acara ini dengan sejarah singkat mengenai Perpustakaan Nasional RI. Dulunya Perpustakaan Nasional RI ini adalah sekolah Belanda. Para pemuda yang terlibat dalam Sumpah Pemuda dulunya bersekolah di tempat ini.

Saat di depan Universitas Pertahanan, Asep menjelaskan panjang lebar mengenai nasionalisme. Salah satu bentuk nasionalisme adalah kepedulian dan pengetahuan pada sejarah, sehingga diharapkan adanya keseimbangan antara pemahaman masa kini dan masa lalu. Bentuk kepedulian ini adalah dengan mengunjungi museum dan mendapatkan ilmu sejarah dari kunjungan tersebut.

Sementara itu, Jalan Salemba yang ada di depan Perpustakaan Nasional RI, merupakan jalanan yang sudah tua. Dulunya, jalan ini merupakan tempat penyerbuan tentara Kerajaan Mataram saat berusaha menyerang Jan Pieterszoon Coen di tahun 1628. Tentara Mataram saat itu membuat kamp di kawasan ini, karena itulah kini disebut sebagai wilayah Matraman. Pada masa kolonial Belanda, jalur yang kini memiliki busway dulunya dilewati jalur trem.

Peserta kemudian mulai berjalan dan berhenti sebentar di depan SMUN 68. Asep menjelaskan bahwa sekolah ini mendapatkan penghargaan sebagai sekolah yang paling sering mengadakan darmawisata ke museum. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan melihat-lihat sekitar kawasan Salemba, mulai dari Universitas Pertahanan Indonesia, RS. St. Carolus, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, dan Pasar Kenari.

Di FK Universitas Indonesia, peserta sempat berfoto bersama. Asep menjelaskan bahwa tempat ini dulunya adalah pabrik opium. Tempat ini juga merupakan sekolah kedokteran untuk pribumi pertama atau biasa dikenal dengan STOVIA. Sementara sejarah RSCM, dari awal Belanda memang mendirikan rumah sakit ini untuk rakyat.

Perjalanan dilanjutkan menuju MH Thamrin yang letaknya lumayan terpencil dari jalan raya. Di sini peserta juga sempat berdiskusi mengenai sejarah Indonesia dan minimnya ketertarikan orang pada sejarah.

Museum MH Thamrin sendiri dulunya sering dijadikan tempat untuk menggalang pergerakan kemerdekaan RI. MH Thamrin merupakan salah satu pemuda yang ikut mendeklarasikan Sumpah Pemuda dan berjasa dalam memperjuangkan saluran air bagi rakyat yang merupakan cikal bakal PAM.

Peserta kemudian beranjak ke Panti Asuhan Vincentius. Panti Asuhan ini berdiri pada tahun 1910 dan termasuk salah satu bangunan yang dilindungi oleh pemerintah. Bangunan ini masih kental dengan arsitektur khas masa kolonial Belanda yaitu jendela dan pintu yang berdaun dua serta masih menggunakan kayu asli dari masa kolonial. Tempat ini juga sangat luas, pintu depan berada di Jl. Kramat Raya sementara ujung belakang bangunan ini hampir mendekati Taman Ismail Marzuki (TIM).

Setelah selesai melihat-lihat Panti Asuhan Vincentius, rombongan pun menuju Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri, arsitektur bangunan ini masih tampak bergaya kolonial Belanda.

Perhentian selanjutnya dan yang terakhir adalah Museum Sumpah Pemuda. Asep menjelaskan sejarah panjang mengenai Sumpah Pemuda. Bangunan ini sendiri awalnya adalah asrama mahasiswa STOVIA.  Di tempat inilah para mahasiswa STOVIA biasa berkumpul dan berdiskusi mengenai negara dan politik.

Acara tur pun diakhiri dengan acara makan rujak bersama. Beberapa peserta yang ikut tur ini antara lain keluarga, orang tua lanjut usia, maupun kelompok remaja. Mereka bersemangat menempuh perjalanan jauh tanpa terlihat lelah. Selain sibuk mendengarkan penjelasan Asep Kambali, peserta juga tampak asyik mengambil foto.

"Enjoy sekali mengikuti acara ini. Karena memang suka sejarah dan menambah pengetahuan," ujar Natalia dan Linda, peserta acara ini. Mereka juga sebelumnya sudah sering ke museum tapi tidak pernah ikut dalam rombongan.

"Kalau jalan sendiri ke museum kadang ilmunya tidak dapat. Kalau di acara ini kan dijelaskan, jadi lebih dapat pengetahuannya," sahut Linda.

Sementara itu Asep Kambali mengakui acara ini hanya dipersiapkan dalam waktu seminggu.

"Mikir rutenya spontan, awalnya memang sudah ada rencana untuk Sumpah Pemuda," kata Asep.

Asep melanjutkan, mengunjungi museum tidak hanya sekadar alternatif wisata tapi juga bisa menjadi pilihan utama. Oleh karena itu, Asep berharap ke depannya museum lebih sering dikunjungi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Gunung Batu Jonggol Bogor: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Lokasi

Jalan Jalan
Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Ocean Park BSD City Tangerang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Scoot Terbangkan Pesawat Embraer E190-E2 Pertama

Travel Update
5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

5 Tips Traveling dengan Hewan Peliharaan yang Aman

Travel Tips
Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Traveloka dan Baby Shark Beri Diskon Liburan Sekolah hingga 50 Persen

Travel Update
4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

4 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Melawati Keamanan Bandara

Travel Tips
KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

KAI Sediakan 739.000 Kursi Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Kadispar Bali: Pungutan Wisatawan Asing Sudah Hampir Rp 79 Miliar

Travel Update
Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Tips Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri, Jangan Kesiangan

Travel Tips
Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Tips Atas Bengkak Selama Perjalanan Udara, Minum hingga Peregangan

Travel Tips
Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Harga Tiket Wisata Pantai di Bantul Terkini, Parangtritis hingga Pandansimo

Travel Update
Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Ada Pungli di Curug Ciburial Bogor, Sandiaga: Perlu Ditindak Tegas

Travel Update
Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Menparekraf Bantah Akan Ada Pungutan Dana Pariwisata kepada Wisatawan

Travel Update
Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut 'Flare' di Gunung Andong

Sandiaga Dukung Sanksi Tegas untuk Penyulut "Flare" di Gunung Andong

Travel Update
Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Waktu Terbaik untuk Beli Tiket Pesawat agar Murah, Jangan Mepet

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com