Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biro Perjalanan Sepi Pelanggan

Kompas.com - 15/11/2010, 03:11 WIB

Yogyakarta, Kompas - Hampir 10 hari ditutupnya Bandara Adisutjipto karena erupsi Merapi memberi dampak negatif pada bisnis biro perjalanan dan wisata di Yogyakarta. Omzet bisnis ini turun hingga 60 persen.

Deni (29), pengelola Ichi Tour & Travel di daerah Pogung Raya, Minggu (14/11), mengatakan, sejak Merapi meletus dan bandara ditutup, dia tidak bisa melayani pemesanan tiket pesawat yang berangkat dari Yogyakarta. Hal tersebut karena semua maskapai penerbangan membatalkan jadwal keberangkatan hingga akhir bulan ini, atau paling cepat sampai 16 November.

Dua maskapai penerbangan, Mandala dan Batavia, tutup hingga akhir bulan. Jika Merapi masih aktif, tiga maskapai lainnya, yakni Garuda, Lion Air, dan AirAsia, akan memperpanjang masa penundaan jadwal keberangkatan. ”Rencananya bandara buka tanggal 15 November, tetapi itu masih belum pasti karena melihat kondisi Merapi,” kata Deni.

Hal serupa dikatakan Nani, petugas tiket di Indra Kelana Tour & Travel di Jalan Mangkubumi. Permintaan tiket keberangkatan pesawat dari Yogyakarta ditiadakan atau terpaksa dialihkan keberangkatannya ke bandara di Semarang, Solo, Surabaya, dan Jakarta. Dari sekitar 70 pelanggan per hari yang datang memesan tiket pesawat, kini hanya setengahnya datang ke biro perjalanan itu. Sisanya memilih menggunakan kereta api.

Pelanggan

Pelanggan dengan tujuan luar Jawa, seperti Medan, Banjarmasin, Denpasar, dan Pontianak, terpaksa transit terlebih dahulu di Jakarta dengan menggunakan kereta api ataupun travel. Akibatnya, waktu tempuh pelanggan menjadi lebih lama, biaya menjadi lebih mahal, dan pelanggan lebih repot.

Akibat berkurangnya pelanggan, omzet biro perjalanan dan wisata juga anjlok sampai 60 persen. Biasanya, ujar Deni, omzet yang diperoleh berkisar Rp 5 juta, tetapi kini omzet kurang dari Rp 2 juta per hari. Jika berlanjut, hal itu akan berdampak pada pengusaha biro perjalanan yang hanya melayani penjualan tiket pesawat.

Menurut Manajer Pemasaran Virgo Tour & Travel Harya Wiraputra, omzetnya kini hanya 20 persen dibandingkan hari-hari biasa yang bisa mencapai Rp 10 juta atau menjual 200 tiket per hari. Banyak pelanggan yang mengembalikan tiket dan meminta uang mereka kembali utuh (refund) serta menunda waktu keberangkatan dengan batas waktu yang belum jelas.

Lesunya bisnis biro perjalanan dan wisata berbanding lurus dengan keadaan industri pariwisata Yogyakarta saat ini, anjlok selama erupsi Merapi. Sampai kapan kondisi tersebut tidak bisa dipastikan karena bergantung pada keputusan pengelola Bandara Adisutjipto membuka bandara dan pihak maskapai penerbangan.

Harya menjelaskan, meskipun selama setengah bulan ini pengusaha biro perjalanan terpuruk, bukan berarti mereka pesimistis. Sejumlah pengusaha telah membuat rencana terobosan membuat paket wisata menarik, seperti wisata lava dan wisata abu, supaya wisatawan datang lagi ke Yogyakarta. Karena itu, target pertama mereka menciptakan pencitraan bahwa kota ini aman dikunjungi.

Rencana pencitraan segera dilakukan karena pelaku industri wisata Yogyakarta mengejar target kunjungan wisatawan pada Desember-Januari. ”Bulan depan adalan puncak-puncaknya kunjungan wisatawan di Yogyakarta. Jadi, setengah bulan ke depan, kami harus berbenah. Kami tidak mau terlena dengan bencana,” papar Harya.

Rasa optimistis juga disampaikan pemilik tempat makan di lokasi wisata di lereng Gunung Merapi. Budiyana (31), pengelola the Warung of Raminten di Jalan Kaliurang Km 15, melihat letusan Merapi bukan sebagai bencana, melainkan aktivitas gunung berapi yang menjadi daya tarik wisata di Yogyakarta. (THT)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com