Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati Nurani Berkata di Tuol Sleng...

Kompas.com - 09/03/2011, 08:35 WIB

Sebagian besar pengunjung museum ini adalah wisatawan asing, seperti dari Jerman dan Perancis. Nyaris tak ditemukan warga lokal mengunjungi situs sejarah ini. Lain halnya di Kerajaan Royal Palace Cambodia yang banyak dikunjungi siswa sekolah, seperti juga dijumpai di banyak museum di Indonesia.

Menurut salah seorang warga setempat, Sophet Chea (35), pembunuhan massal yang terjadi selama rezim Khmer Merah telah meninggalkan luka mendalam bagi warga Kamboja. Oleh karena itu, mereka enggan mengunjungi tempat-tempat terjadinya pembantaian oleh tentara Khmer Merah itu.

”Kami masih terluka. Tapi, biar saja ini menjadi tempat bersejarah. Dan sekarang kami hanya mau aman,” kata lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai penarik tuk-tuk di dekat Museum Tuol Sleng.

Setidaknya ada lima bangunan di museum ini. Empat bangunan berupa bangunan kelas bertingkat tiga yang masing-masing berisi lebih dari 21 ruang kelas, yang berada di sayap kanan dan kiri. Di halaman depan terdapat bangunan kecil yang digunakan sebagai pos penjagaan sekaligus tempat membeli tiket masuk museum.

Di sayap kiri terdapat dua bangunan yang tampak seperti bangunan sekolah pada umumnya. Hanya bangunannya tampak tak terurus karena dibiarkan tak dicat dan disemen seadanya pada beberapa bagian sehingga tampak kusam.

Salah satu dari bangunan itu berisi foto-foto korban yang ditangkap tentara Khmer Merah untuk diinterogasi dan biasanya akan berlanjut dengan penyiksaan. Warga yang ditangkap memang sengaja difoto dan setiap korban yang difoto memasang nomor di dadanya untuk membedakan satu sama lain.

Pada deretan foto korban itu, selain tampak orang dewasa, tak sedikit pula dijumpai anak-anak. Bahkan, ada pula seorang perempuan yang sedang menggendong bayinya yang berusia sekitar tiga bulan.

Selain foto, dipamerkan pula lukisan para korban yang disiksa tentara Khmer Merah. Lukisan itu hasil karya salah seorang korban yang selamat dari Tuol Sleng, yakni Vann Nath. Menurut pengelola museum, hingga saat ini Vann Nath masih hidup.

Beberapa lukisannya menampilkan penyiksaan yang dilakukan tentara Khmer Merah terhadap para korban. Salah satunya lukisan tentang sekitar 100 anak laki-laki dan dewasa yang dikumpulkan tidur berimpitan di satu ruangan tanpa alas apa pun.

Lukisan lainnya menampilkan seorang ibu yang berusaha merebut bayinya dari tentara Khmer Merah. Di belakang ibu itu tampak seorang tentara mencambuk punggungnya. Ada dua anak duduk terpaku di sudut ruangan menyaksikan kejadian itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com