Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu Caves dan Filosofi 272 Anak Tangga

Kompas.com - 18/03/2011, 09:35 WIB

KOMPAS.com - Sempatkanlah untuk mengunjungi Batu Caves apabila Anda sedang berkunjung ke Kuala Lumpur, Malaysia. Bukit kapur Batu Caves adalah lokasi kuil Hindu terpopuler di luar India yang dipersembahkan untuk Dewa Murugan. Objek wisata religius yang juga merupakan spot utama untuk perayaan festival Thaipusam di Malaysia ini terletak sekitar 13 km dari Kuala Lumpur, dan tidak dikenakan biaya masuk untuk mengunjungi kawasan tersebut.

Setelah melompat ke dalam bus nomor 11D dari arah Pasar Seni dan membayar tiket sebesar 1.2 ringgit per orang, perjalanan 45 menit ke arah Batu Caves itu pun kami habiskan dengan tidur, apalagi didukung oleh teriknya matahari siang bolong dan minimnya pemandangan menarik menuju objek tersebut.

Pertama kali saya menapak ke dalam kawasan religius ini, objek pertama yang paling menarik perhatian saya adalah landmark berupa patung emas Dewa Murugan tertinggi di dunia (tingginya 42,7 meter) dan di belakangnya terlihat 272 anak tangga curam yang menuju sebuah gua di atas bukit kapur yang berfungsi sebagai kuil.

Belum hilang keterpukauan saya, dari belakang bahu saya terdengar desahan pelan, "Astaghfirullah..." Rupanya teman saya juga sangat terpukau melihat tingginya kuil di atas bukit tersebut dan langsung memutuskan untuk tidak ikut naik ke atas, he-he-he...

Ya, sebagai orang-orang yang tidak pernah menjadi anggota komunitas pecinta alam dan tidak pernah melakukan aktivitas mendaki gunung (hanya pernah trekking kecil-kecilan), ratusan anak tangga tersebut terlihat amat sangat mengintimidasi kami.

"Hadeuuhh, butuh berapa puluh menit ya untuk menuntaskan anak-anak tangga ini?" batin saya dalam hati. Saran saya hanya satu, datanglah ke tempat ini saat masih pagi atau sore sekalian, jangan tengah hari bolong. Terik matahari sepertinya cukup menciutkan semangat untuk naik ke atas.

Matahari siang bolong yang terik dan 272 anak tangga, here we come! Untuk mencapai kuil gua di ujung tangga bernama Temple Cave, tentunya kita harus mendaki ratusan anak tangga tersebut. Sekilas mengingatkan saya akan ratusan anak tangga di Gunung Bromo. Menantang sekali. Belum lagi ditambah panasnya matahari yang cukup menusuk kulit. Saya bisa menyerah sekarang, tapi apalah artinya petualangan kali ini kalau sudah sampai di sini dan tidak mencoba sensasi naik tangga tersebut.

Akhirnya dari empat orang, hanya saya dan satu teman saya yang memutuskan untuk mendaki sang bukit kapur. Perbekalan yang kami siapkan hanya segenggam niat ... dan payung, dan sebotol air minum, dan kamera poket, ... dan mp3 player (yang sudah saya isi ulang dengan daftar lagu Top 100) yang akan sangat berguna apabila tiba-tiba di tengah jalan kami mulai merasa bosan. Ya, kami memang cukup lebay.

Filosofi dalam 272 Anak Tangga Dan tahu tidak? Pendakian kali ini ternyata memiliki makna tersembunyi yang mungkin akan berpengaruh terhadap pola pikir kami di masa depan. Bagaimana ceritanya? Mari simak lebih lanjut catatan perjalanan di bawah ini.

Pertama kali melangkahkan kaki ke gerbang masuk tangga, kami berpapasan dengan dua orang wisatawan muda yang juga terlihat ragu-ragu untuk memulai pendakian. Kami saling bertatapan dengan pandang penuh arti, melihat bersamaan ke arah tangga yang curam, menghela napas, dan saling melempar tawa. Yah, tampaknya kami harus segera memulai langkah pertama sebelum semangat kami goyah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com