Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Kuil Emas di Amritsar

Kompas.com - 24/03/2011, 15:46 WIB

KOMPAS.com - Pernah mendengar nama Sikh, identitas yang satu itu memang selalu membawa kita pada sebuah gambaran akan gulungan kain yang membumbung unik di kepala, yang khas dipakai oleh para orang-orang India asal Punjabi. Memang, pada dasarnya kenyataan bahwa ajaran Sikh berasal dari wilayah distrik Haryana Punjab, tepatnya di Amritsar yang menyimpan keagungan ajaran tersebut. Golden Temple, alias kuil Emas banyak dikenal orang sebagai pusat spiritualisme ajaran Sikh di dunia, ibarat Muslim memiliki Mekah, Kristian memiliki keagungan Bethlehem maka Sikhisme memiliki Kuil Emas atau Gurudwara.

Letaknya berada di pusat kota Amritsar, dan seiring berjalannya waktu, kuil yang disebut juga the house of God ini menjadi salah satu objek wisata bagi para pelancong yang gemar menyelidik tingkat kebudayaan dan adat istiadat dari sebuah negara. Kuil ini dibangun pada masa tahun 1589 hingga 1601, menghubungkan jejak asal muasal ajaran ini, yang konon merupakan campuran antara ajaran Hindu dengan Islam sufi, maka gaya arsitektur seluruhnya pun nampak menganut dua hal yang sama, perpaduan aksen kontemporer islami dengan keunikan ukiran khas Hindu nampak tertuang pada setiap bangunan putih yang mengelilingi kuil di tengah kolam itu.

Kuil emas yang resmi berganti nama menjadi Harimandir Sahib pada Maret 2005 lalu ini, mengarsir warna kebebasan memeluk suatu keyakinan, yang tak terikat akan berbagai aturan, hanya meyakini pada Tuhan, bahwa Tuhan itu ada, Tuhan itu satu, membuatkan makna dari 4 pintu masuk disetiap sisinya menggambarkan simbol selamat datang untuk semua orang tanpa memandang kasta, kelas,warna, dan kepercayaan. Bagai magnet di hati setiap orang untuk memasukinya, lalu mengagumi keanggunannya. Tidak hanya karena kilau emas di bagian kuil ini, tapi juga karena ajaran-ajaran bermaknanya yang mengandung penuh logika.

Mengutip Masa Silam

Awalnya tempat sakral ini merupakan hasil sumbangan tanah dari seorang Raja Mughal Akbar pada tahun 1574, pengerjaannya konon diawasi oleh Guru ke-4 dan ke-5 Sikh, dan sebuah monumen seperti candi pun sempurna berdiri pada tahun 1601, berbagai renovasi dan penambahan ruang menjadikannya luas seperti sekarang ini. Sesuai dengan namanya, kuil emas, maka setengah bagian atas kuil ini terbuat dari sepuhan logam emas seberat 750 kg emas murni, yang merupakan donasi terbesar dari sang raja-raja terdahulunya, sedangkan bagian yang lainnya sempurna terbuat dari marble.

Beberapa ruangan suci khusus pun dibedakan dalam ruang lingkup dan fungsinya, terutama pada keunikan emas di bangunan yang disebut Harimandir. Harimandir nampak sebagai pusat ruangan para pengunjung yang memang datang unutk mengikuti berbagai ritual ajaran Sikh yang dipimpin oleh pemuka ajaran Sikh itu sendiri, aksen Pietra Dura seperti di dinding Taj Mahal pun nampak tergelar hebat di setiap sisinya. Selain itu ada juga yang disebut Shees Mahal, ruangan ini merupakan ruangan kaca dilantai paling atas yang memiliki atap melengkung setengah lingkaran.

Kubah terbesar dari kuil ini nampak dibentuk sedemikian rupa, menyerupai kelopak bunga Lotus, yang disepuh dengan 100 kg lapisan emas, dan merupakan hasil donasi dari Raja Ranjit Singh pada tahun 1830. Dan yang khas dan paling banyak dihampiri adalah Guru Granth Sahib, ruangan dimana guru besar Sikh duduk unutk membacakan setiap ayat keagamaan meraka, dan biasanya tempat ini banyak dihampiri pengunjung untuk mereka meminta berkah pada petinggi Sikh.

Selain dari bangunan utama yang terletak di tengah kolam tersebut, terdapat juga bagian bangunan lain yang keberadaannya dihubungkan langsung oleh jembatan, yang seutuhnya terbuat dari marmer, seperti bangunan yang difungsikan sebagai tempat tinggal para guru dan pemuka agama Sikh, konon bila malam hari pembacaan holy book akan tersiar dari ruangan-ruangan di bangunan putih marble ini. Kesakralan kuil ini konon terpusat pada kolam suci yang mengelilingi kuil emas tersebut, ajaran mereka menyebutnya Amrit Sarovar, sebuah kolam dimana seorang calon  Sikh akan dibaptis dengan melaksanakan ritual mandi di kolam tersebut, kolam ini dibangun pada tahun 1577 oleh perencanaan Guru Besar Sikh.

Tak hanya tempat suci tergelar di komplek kuil ini, sebuah kuil sejarah alias museum juga terdapat di sebelah ujung barat bagian komplek kuil ini. Kemudian yang menyentuh rasa kemanusiaan kita, hadir di sebuah bangunan yang disebut Guru Ka-Langar, yang merupakan pusat penyerahan dan penerimaan donasi dari berbagai kalangan dan dalam berbagai bentuk sumbangan, tercatat sumbangan yang dihasilkan mampu memberi makan pada 1.000 orang pengunjung setiap harinya.

Segala komplemen yang tersedia disini merupakan vulunteer tanpa imbalan, nampak disana kami lihat beberapa kelompok ibu-ibu sedang mencuci perabotan masak, serta di sisi lain sekelompok orang juga sedang membantu menyiapkan menu makanan yang biasanya di letakkan pada mangkuk yang terbuat dari daun kering. Bahkan di kesempatan yang tak terulang lagi ini pun kami mendapat wujud simbol berkah dari seorang Guru Grant Sahib yang sedang mengadakan ritual di kuil bertahtakan emas murni itu, buntalan kain berwarna orange yang ternyata setelah kami buka isinya berupa 2 lempeng manisan dan kain kebesaran pemuka Sikh.

Yang menarik lainnya dari tempat ini adalah, konon sejarah masa silamnya menghubungkan tempat suci ini dengan beberapa monumen nasional di sekitarnya, seperti taman bersejarah yang disebut Jalianwala Bagh, dimana taman itu mengabadikan detik-detik pengorbanan para pejuang tanah Hindustan hingga tetes darah terakhirnya, dimana beribu-ribu orang mati terbunuh sia-sia atas pembantaian besar-besaran oleh kolonial Inggris waktu lalu. Dan hebatnya, data-data beserta foto para pejuang yang mati ditempat tersebut, masih rapi sempurna ditempatkan pada sebuah museum di kompleks kuil emas ini.

Ketika kaki kami gatal bergegas ke taman penuh haru itu, memang, keharuan dan keunikan nampak jelas menjelaskan suatu kepercayaan dan tradisi masyarakat sekitar. Sebuah sumur besar yang rapat dipagari besi, hangat dikerumuni orang. Konon sumur besar itu merupakan kuburan massal untuk semua yang meninggal di sekitar wilayah tersebut.

Uniknya, tradisi melemparkan sejumlah uang dan bunga menjadi tradisi masyarakat, yang dipercaya dan dianggap sebagai penghormatan atas jasa-jasa arwah perjuangan mereka. Beberapa pejabat kota pun sempat kami jumpai tengah berziarah ke taman penuh sisa-sisa penembakan dan penghancuran itu, membawa segulung rangkaian bunga untuk dikalungkan ke sebuah monumen di tengah taman ini. (Zee)

Getting There: Beberapa maskapai yang melayani penerbangan dari Jakarta-New Delhi di;ayani oleh Emirate dan Singapore Airlines. AirAsia yang terkenal dengan buget airlinesnya pun juga tercatat melayani penerbangan menuju New Delhi, tetapi harus lebih dulu transit di Kuala Lumpur. Dari New Delhi dilanjutkan dengan beberapa maskapai penerbangan domestik, antara lain: Air Deccan, Air India, Indian Airlines dan Jet Airways. Jasa angkutan kereta api juga dapat menjadi pilihan, diantaranya Shatabdi Express yang melayani perjalanan 2x sehari.

Where To Stay: Tourist Guest House (1355 GT road), terbilang menjadi pilihan para backpacker dalam hal akomodasi, tempatnya nyaman dan bersih, dormitory seharga 150-200Rs, kamar dengan privat bathroom seharga 200-300Rs (tourist_guest_amritsar@yahoo.com). Untuk kelas menengah hingga ke atas ada beberapa pilihan hotel, diantaranya Hotel Golden Tower yang terletak di Phawara Chowk, harga berkisar 450-1100Rs, (www.hotelgoldentower.com). Atau Mohan International Hotel (hotel@jla.vsnl.net.in), di jalan Albert road, harga berkisar 2200-4200Rs, hotel ini merupakan salah satu hotel terbaik di Amritsar.   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com