Pengamanan lingkungan di pinggiran rapuh karena warga kurang memberi perhatian terhadap keamanan lingkungan. Maklum, sebagian besar waktu mereka habis untuk bekerja. Selain itu, kohesi sosial antara warga pendatang dan warga penghuni lama juga lemah.
Untuk mengenali sasaran, para pelaku juga terkadang memacari para pembantu rumah tangga agar bisa lebih leluasa masuk menyelidiki rumah sasaran. Oleh karena itu, dalam kasus perampokan, pembunuhan, dan perkosaan di sebuah rumah di Cipondoh itu, kesaksian tetangga tentang mereka yang dekat dan pernah atau masih menjadi pacar kedua pembantu yang tewas layak diselidik polisi.
Sebagai pemula, penjahat yang melakukan kejahatan di kawasan pinggiran umumnya lebih brutal dan ceroboh, seperti ditunjukkan pelaku dalam kasus di Cipondoh tadi.
Mengapa mereka merampok dengan membunuh dan memerkosa? Apakah sepadan antara tindakan mereka dan ganjaran yang bakal mereka terima?
Namun, mereka akan mengalami pembelajaran kejahatan sehingga tidak lagi bersikap ceroboh dan emosional. Mereka akan belajar dari kelompok kerja sama dan kelompok pesaing sebelum beraksi di Jakarta.
Untuk menghambat berdiasporanya kelompok penjahat di kawasan penyangga, pemerintah setempat, polisi, dan warga harus aktif membangun kohesi sosial lingkungan, membangun polisi masyarakat (polmas), disertai upaya pembangunan infrastruktur pengamanan lingkungan.
Menurut kriminolog Universitas Indonesia, Kisnu Widagso, polmas di kawasan penyangga Jakarta masih sangat lemah. Mereka jarang diberi pendampingan oleh polisi dalam kegiatan ini.
”Saya kira Kapolda Metro bisa menjadikan kawasan Tangerang dan Jakarta Barat sebagai kawasan proyek percontohan polmas,” kata Kisnu dalam diskusi di Cisanggiri itu, Minggu (17/4).