Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nagasaki yang Memupus Luka...

Kompas.com - 04/05/2011, 15:07 WIB

Bahkan, Nagasaki pun sebenarnya bukan target utama pengeboman. Dalam surat perintah serangan Angkatan Udara AS, yang salinannya bisa ditemui di Hiroshima Peace Memorial Museum, disebutkan sasaran kedua serangan bom atom setelah Hiroshima adalah kota Kokura, sekitar 165 kilometer sebelah timur laut Nagasaki.

Sejarah ternyata berkehendak lain. Kota Kokura pagi itu tertutup awan tebal sehingga pesawat pengebom B-29 Superfortress ”Bockscar”, yang membawa bom atom ”Fat Man”, akhirnya beralih ke Nagasaki, kota cadangan dalam daftar target.

Awan pun sempat menyelimuti sebagian besar Nagasaki waktu itu. Namun, di detik-detik akhir sebelum pesawat kehabisan bahan bakar, selapis awan tersibak di atas Distrik Urakami, wilayah permukiman di bagian utara kota Nagasaki. Tanpa berpikir panjang, bom pun langsung dijatuhkan.

Alhasil, sebagian besar korban tewas pun adalah rakyat jelata yang tak ambil bagian dalam Perang Pasifik. Bom menghancurkan rumah, sekolah, rumah sakit, asrama perawat, penjara, katedral, kuil Shinto, dan kamp tawanan perang berisi tentara-tentara Amerika.

Foto-foto koleksi Fukahori memperlihatkan kehancuran total pada radius sekitar 2 kilometer dari hiposentrum, titik di atas tanah yang berada tepat di bawah pusat ledakan. Mayat-mayat tak dikenal bergelimpangan. Bahkan, hingga dua bulan setelah ledakan, onggokan tulang belulang manusia masih berserakan di jalanan kota, di antara puing-puing bangunan.

Tak berbekas

Namun, semua itu tak terlihat bekasnya sama sekali di Nagasaki masa kini. Berbeda dengan Hiroshima, yang masih melestarikan puing-puing bangunan Balai Promosi Industrial menjadi Kubah Bom Atom Hiroshima, di Nagasaki sama sekali tak ditemukan jejak kehancuran yang ditimbulkan bom atom.

Alih-alih, seluruh lokasi di sekitar hiposentrum telah berubah menjadi rangkaian taman dan museum yang sangat indah, dihiasi patung-patung hasil karya seniman dari berbagai belahan dunia. Hampir tak terbayangkan, di bawah taman seindah itu dulunya adalah ladang pembantaian, dan mungkin masih tersimpan abu atau serpihan tulang ribuan korban yang terpanggang panas ledakan hingga 3.900 derajat celsius.

”Saya suka merasa malu jika ada teman dari luar kota dan luar negeri menanyakan, di mana bekas ledakan bom atom itu,” ungkap Fukahori.

Akan tetapi, di sisi lain, di situlah terletak kelebihan masyarakat Nagasaki, yang mencerminkan ketangguhan bangsa Jepang. Mereka berhasil menutup luka yang sangat dalam itu dengan meletakkan masa lalu di masa lalu, tanpa melupakan semua pelajaran yang bisa diambil untuk melangkah ke depan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com