Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wajah-wajah Seram Antara Jakarta-Bekasi

Kompas.com - 14/05/2011, 15:31 WIB

KOMPAS.com — Mengawali kegiatan "Gowes Jurnalistik" antara Jakarta dan DI Yogyakarta bukan perkara mudah. Rute Jakarta-Bekasi menampakkan wajah-wajah seram, bengis, dan egois. Ramainya lalu lintas pagi yang didominasi oleh orang-orang yang berangkat menuju ke tempat kerja benar-benar menyeramkan dan tak bersahabat bagi pengendara sepeda.

Menelusuri kemacetan Jakarta-Bekasi, orang-orang terlihat tegang, selalu ingin cepat, emosional, dan terburu-buru. Rasanya, inilah wajah metropolitan yang sudah berlangsung puluhan tahun lalu. Kemudian, ketika muncul tren bersepeda menuju tempat kerja (bike to work), tak ada jalan khusus yang bersahabat.

Sejatinya, dalam konteks kemacetan yang parah di Jakarta, sepeda tampaknya bisa menjadi salah satu solusi kemacetan, polusi, dan kesemrawutan. Toh, dalam kemacetan, sepeda sering lebih cepat daripada kendaraan bermotor.

Selain itu, bersepeda adalah salah satu gaya hidup sehat. Contohnya bisa dilihat di Belanda dan China. Herannya, Pemprov DKI Jakarta belum juga menyediakan jalur khusus yang aman dan nyaman bagi pesepeda, kecuali beberapa di jalur lambat, itu pun masih minim.

Para anggota DPR pun lebih suka studi banding yang tak jelas visi dan misinya ketimbang studi banding sepeda yang jelas punya banyak manfaat. Akhirnya, meski sepeda sudah nge-tren, para pesepeda tetap saja menjadi pihak "tertindas" di jalan raya di Jakarta. Tak jarang, sepeda dipepet motor ataupun mobil, seolah tak berhak memakai jalan.

Kondisi-kondisi "tertindas" itu pula yang dirasakan Kompas Gramedia Cyclist saat bersepeda menuju Yogyakarta dan melewati jalur Jakarta-Bekasi. Beberapa kali tim dipepet meski sudah menepi.

Bahkan, ada metromini yang dengan kasar memepet tim demi mendapatkan satu penumpang. Sopir bus tersebut seolah tak peduli akan keselamatan dan akibat dari sebuah kecelakaan fatal. Sampai-sampai, salah satu anggota tim menampar tubuh bus agar sang sopir sadar akan kebrutalan yang dilakukannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com