Malamnya, Gili Trawangan benar-benar milik turis asing, turis lokal biasanya pulang ketika sudah sore hari. Kafe-Kafe yang berjejeran sepanjang pantai mulai melantungkan musik-musik, serasa di Legian Bali, cuma kali ini kafe-kafe berdiri berada di sekitaran pinggir pantai. Suasananya seperti perpaduan antara Legian dengan Kuta.
Setelah bolak-balik sepanjang pantai, nyaris tidak ada turis lokal yang kami temui, yang banyak hanyalah anak pantai (yang biasanya jadi guide bagi turis-turis asing). Kami memilih nongkrong di pinggir pantai. Setelah puas menikmati pantai, kami kembali ke penginapan untuk beristirahat. Esoknya, setelah sarapan kami meninggalkan Gili Trawangan, teman-teman dari Bali yang ketemu waktu di Rinjani sedang menunggu kami di Mataram untuk sama-sama ke Bali.
Berharap suatu saat bisa kembali ke Lombok dan menjelajahi tempat-tempat lainnya. Katanya teman saya yang di Lombok, masih banyak pantai-pantai lainnya yang sangat indah, namun belum terlalu dikenal luas. Lombok memang punya potensi pariwisata yang sangat besar. Tinggal butuh pengelolaan yang baik.