Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Kincir Angin hingga Kanal Amsterdam

Kompas.com - 03/07/2011, 05:54 WIB

Dari Irene Hoeve, kami meneruskan perjalanan menuju Volendam. Tetapi sebelum sampai ke sana, kami sempat melewati Windmolen alias kincir angin raksasa, yang merupakan ikon Belanda. Kesempatan tersebut tak kami sia-siakan untuk berpose dan mengambil gambarnya. Tujuan utama kincir angin di Belanda ini adalah untuk memompa dan mendorong air ke lautan, agar terbentuk daratan baru yang lebih luas, yang namanya Polder. Tapi kini, kincir angin tersebut sudah menjadi salah satu ikon dan obyek wisata.

Hanya beberapa saat melihat Windmolen, kami melanjutkan perjalanan ke Volendam, yang merupakan desa nelayan. Awalnya, mata pencaharian penduduk Volendam adalah nelayan karena letaknya persis di bibir pantai. Tetapi setelah terjadi banjir besar pada 1953, dilakukan upaya pencegahan dengan membangun bendungan sehingga amukan air laut tak sampai ke daratan lagi. Ternyata, ada konsekuensi dari usaha tersebut karena justru ikan-ikan menjadi jauh berkurang, sehingga mata pencaharian penduduk Volendam bergeser dari nelayan menjadi penjual jasa dan souvenir.

Ya, Volendam berubah menjadi salah satu kawasan wisata. Hampir setiap hari, ada turis yang datang dari berbagai negara, termasuk kami dari Indonesia, untuk menikmati desa yang kecil tersebut. Sebelum sampai ke "jantung" desa, kami harus menyusuri pinggir pantai yang sudah dibendung. Jalan raya sebagai akses utama hanya cukup untuk satu bus, sehingga diberlakukan sistem buka-tutup.

Namun bagi para pejalan kaki dan pengguna sepeda, mereka justru diberikan akses yang terbilang lebih asyik dan romantis, karena bisa menikmati indahnya laut dari ketinggian. Pasalnya, bendungan tersebut juga berfungsi sebagai jalan bagi mereka. Sepanjang jalur di atas bendungan itu dilengkapi dengan kursi-kursi santai, sehingga tampak ada pasangan ataupun keluarga kecil, yang terlihat duduk santai sambil memandang laut.

Ketika memasuki kawasan wisata, suasana ramai langsung terlihat. Di sisi kiri-kanan jalan terdapat banyak toko yang menjual souvenir, begitu juga dengan kafe, restoran dan toko yang menjajakan kue khas Belanda, Poffertjes. Sementara itu di dermaga kecil, berjejer kapal-kapal yang bisa disewa oleh wisatawan berkantong tebal, untuk menikmati keindahan laut. Tak cuma itu, para wisatawan juga bisa berfoto dengan pakaian tradisional khas nelayan Belanda.

Menyusuri kanal-kanal di Amsterdam

Berada sekitar dua jam di Volendam, kami kembali ke Amsterdam, untuk melakukan wisata air. Inilah momen yang paling menyenangkan, karena kami bisa menikmati keindahan kota tua dengan menggunakan kapal kecil Canal Cruise, untuk menyusuri kanal-kanal yang airnya bersih karena bebas dari sampah.

Memang, tak semua kanal yang bisa kami nikmati hanya dalam waktu satu jam. Meskipun demikian, apa yang terlihat sepanjang penyusuran tersebut menunjukkan bagaimana Belanda menghargai dan melestarikan sejarah. Rumah-rumah tua dirawat dengan sangat baik, sehingga ada bangunan yang dari tahun 1616 masih berdiri kokoh. Fakta itu terlihat dari angka yang tertera di depan rumah tersebut, sehingga kita dengan cukup mudah mengetahui usia sebuah bangunan.

Sepanjang perjalanan mengarungi kanal-kanal itu, kami menerobos jembatan-jembatan tua yang cantik, melihat kapal yang dibuat mirip dengan kapal-kapal VOC yang pada zamannya hilir-mudik di perairan Indonesia--seperti yang terlihat di film sejarah Indonesia. Deretan rumah pun menghadirkan sebuah harmoni, yang menceritakan bahwa Belanda tak pernah menyia-nyiakan masa lampau.

Orang-orang di daratan pun dengan ramah melemparkan senyuman kepada para wisatawan yang berada di atas kapal. Ada yang melambaikan tangan, dan ada pula yang berteriak sekadar say hello. Melihat kenyataan ini, saya mencoba membayangkan bagaimana ketika tim nasional Belanda diarak mengelilingi kanal-kanal Amsterdam saat mereka hanya menjadi runner-up Piala Dunia 2010 lalu. Sudah pasti, "der Oranje" mendapat sambutan sangat meriah dari suporter fanatiknya yang berdiri di sepanjang kanal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com