Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Agung Solo Pernah Dihiasi Emas

Kompas.com - 20/07/2011, 16:13 WIB
Hery Prasetyo

Penulis

SOLO, KOMPAS.com — Jika berkunjung ke Solo atau lewat saat mudik, tak ada salahnya mampir ke Masjid Agung Surakarta. Masjid yang dibangun Sunan Pakubuono (PB) IV ini tak hanya agung dan megah, tapi penuh sejarah dan kisah, juga strategis.

Masjid ini pernah dihiasi emas di pucuknya. Namun, karena banyak yang dicuri dan tinggal setengah, akhirnya pada masa PB X diganti. Pada masa PB X juga banyak terjadi renovasi, besar-besaran, termasuk gapura masuk halamannya yang kemudian bergaya Persia. Sebelumnya, gapura itu berbentuk limasan khas Jawa.

Masjid ini sejak dulu memang menjadi ampiran atau pusat ibadah dan kebudayaan masyarakat Solo. Di tempat itu pula ada dua bangsal untuk menyimpan gamelan yang dimainkan setiap Sekaten, atau perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, terutama pada tanggal 5 sampai 12 Maulud.

Di sini pula pusat penyebaran agama Islam di Surakarta. Bahkan, Sekaten merupakan bagian dari kegiatan penyebaran agama lewat laku budaya.

Setiap kali Sekaten, masyarakat akan berbondong-bondong ke masjid yang terletak di sisi barat laut Keraton Kasunanan Surakarta Hadininrat, atau sebelah barat alun-alun. Mendengar gamelan Sekaten dimainkan, terutama zaman dulu, ibarat kegiatan wajib. Apalagi, gamelan itu hanya dimainkan setahun sekali.

Dengan tempat yang luas dan sejuk, tak jarang masyarakat Solo atau pendatang beristirahat di masjid itu sambil menjalankan ibadah. Apalagi, di sekitarnya terdapat banyak pedagang tradisional, baik mainan maupun berang lainnya.

Hanya sekitar 100 meter di selatan masjid atau sebelah barat keraton, ada Pasar Klewer yang amat terkenal. Di sinilah pusatnya pasar tekstil terbesar. Segala jenis pakaian, terutama batik, dijual di sini baik eceran maupun grosiran.

Maka, mengunjungi masjid ini ibarat sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui. Selain bisa istirahat dan beribadah, juga bisa berwisata ke keraton, masjid, alun-alun, atau belanja pakaian di Pasar Klewer.

Masjid dan alun-alun Surakarta ini juga punya sejarah besar berkenaan dengan tradisi mudik. Konon, dulu, Mangkunegoro I atau Pangeran Sambernyawa yang bergerilya melawan Belanda, selalu pulang pada saat Idul Fitri untuk shalat Ied di alun-alun Keraton Surakarta. Setelah itu dia akan sungkem meminta maaf kepada orang tuanya.

Kebiasaan Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru masyarakat lain yang mengembara, bahkan kemudian menjadi tradisi hingga kini. Meski begitu, tradisi mudik, kata almarhum budayawan Umar Kayam, sudah mentradisi di masyarakat petani sejak zaman Majapahit. Hanya saja, tradisi itu meluntur dan tak terlalu besar, kemudian menjadi tradisi besar lagi pada masa Pangeran Sambernyawa.

Tim Gowes Jurnalistik: Pantau Jalur Mudik 2011, sempat mengunjungi masjid itu. Bangunan kuno itu serasa menceritakan banyak kisah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, Mulai Rp 190 RIbu

    5 Hotel Sekitar Dago Bakery Punclut Bandung, Mulai Rp 190 RIbu

    Hotel Story
    Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

    Makoya Pandaan: Daya Tarik, Tiket Masuk, dan Jam Buka

    Jalan Jalan
    5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

    5 Peralatan yang Harus Dibawa Saat Camping di Pantai

    Travel Tips
    Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

    Kemendikbudristek Luncurkan Indonesian Heritage Agency, Kelola Museum dan Cagar Budaya

    Travel Update
    6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

    6 Tips Aman untuk Anak Saat Bermain di Pantai

    Travel Tips
    Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

    Ketentuan Bhikku Saat Thudong, Boleh Makan Sebelum Pukul 12 Siang

    Hotel Story
    Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

    Memaknai Tradisi Thudong, Lebih dari Sekadar Jalan Kaki

    Hotel Story
    Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

    Pameran Deep and Extreme Indonesia 2024 Digelar mulai 30 Mei

    Travel Update
    10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

    10 Museum di Solo untuk Libur Sekolah, Ada Museum Radya Pustaka

    Jalan Jalan
    Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

    Tarif Kereta Api Rute Jakarta-Yogyakarta Mei 2024, mulai Rp 260.000

    Travel Update
    Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

    Harga Tiket Pesawat Jakarta-Yogyakarta PP Mei 2024, mulai Rp 850.000

    Travel Update
    Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

    Turis Asing Diduga Bikin Sekte Sesat di Bali, Sandiaga: Sedang Ditelusuri

    Travel Update
    Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

    Ada Pembangunan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, Penumpang Bisa Berangkat dari Stasiun Jatinegara

    Travel Update
    Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

    Hotel Ibis Styles Serpong BSD CIty Resmi Dibuka di Tangerang

    Hotel Story
    10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

    10 Mal di Thailand untuk Belanja dan Hindari Cuaca Panas

    Jalan Jalan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com