JAKARTA, KOMPAS.com - Buku panduan di pesawat wajib ada dalam setiap armada pesawat. Namun, pernahkah Anda menemukan buku panduan yang "ramah" bagi penyandang tunanetra?
Nah, Sriwijaya Air mengeluarkan Buku Informasi Penerbangan Sriwijaya Air dalam bentuk huruf braille. Huruf braille merupakan huruf khusus bagi penyandang tunanetra.
"Muatan Buku Informasi tersebut berisi tentang apa yang selama ini disampaikan oleh para cabin crew ketika hendak take off," kata Senior Manager Corporate Communications Sriwijaya Air, Agus Soedjono seperti dikutip dari siaran pers mengenai acara peluncuran buku tersebut di Gedung Kementerian Perhubungan, Senin (1/8/2011).
Buku tersebut seperti pada umumnya buku panduan di pesawat, berisikan petunjuk penggunaan pelampung, fasilitas di dalam pesawat, dan tata cara evakuasi.
Menurut Agus, buku tersebut disediakan untuk pelanggan Sriwijaya Air yang tunanetra ketika informasi disampailan oleh awak kabin. Hal ini agar, lanjut Agus, pemahaman yang didapat lebih mendalam.
Dalam acara peluncuran buku informasi penerbangan tersebut, Sriwijaya Air masuk dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai maskapai penerbangan pertama di Indonesia yang memiliki dan menyediakan buku panduan berhuruf braille.
"Kali ini rekor yang diterima MURI berhubungan dengan nilai kemanusiaan dan bisa masuk dalam rekor dunia," kata pendiri MURI Jaya Suprana dalam acara peluncuran buku.
Selain itu, Sriwijaya Air juga menjalin kerja sama dengan Yayasan Mitra Netra, sebuah yayasan yang dikenal sebagai tempat pendidikan dan keterampilan untuk penyandang tunanetra. Kerja sama ini berupa kegiatan pelatihan khusus tentang pelayanan bagi penyandang tuna netra.
"Pelatihan tata khusus pelayanan kepada tunanetra yang kita percayakan pada Yayasan Tuna Netra sebagai trainer-nya," kata Direktur Utama Sriwijaya Air, Chandra Lie pada saat acara peluncuran buku informasi penerbangan dalam huruf braille.
Dalam siaran pers, Agus menjelaskan pelatihan yang dilakukan adalah tata cara melayani tunanetra, baik pada saat check in, selama penerbangan, dan kedatangan dari pesawat.
Menurut Agus, selama ini pelayanan yang diberikan salah sehingga pelatihan tersebut sangat diperlukan. Kesalahan itu biasanya berhubungan dengan cara melayani tunanetra tidak sama perlakuannya dengan penumpang biasa.
"Kami pun sekarang harus memahami cara menuntun maupun menegur tunanetra," papar Agus.
Sementara itu, dalam acara peluncuran, Direktur Eksekutif Yayasan Mitra Netra, Bambang Basuki berharap maskapai penerbangan lain dapat melakukan hal yang sama seperti Sriwijaya Air terutama untuk kepedulian kepada kebutuhan para penyandang tunanetra.
Dalam acara peluncuran juga terdapat peragaan yang dilakukan pramugari. Bambang memberikan panduan kepada penyandang tunanetra mengenai cara pemakaian baju pelampung. Selain itu, juga dijelaskan secara khusus mengenai pintu darurat. Pelanggan tunanetra dibimbing oleh pramugari ke arah pintu darurat.
Peragaan tersebut berbeda dari peragaan sebelum lepas landas seperti biasanya. Sehingga, dari peragaan tersebut dapat terlihat cara dan perlakuan yang sebaiknya dilakukan untuk penyandang tunanetra dalam hal pemberian informasi mengenai keselamatan pesawat.
"Sebaiknya pesawat menyediakan kursi khusus penyandang tuna netra, mau ada penumpangnya atau tidak, kursi itu tidak boleh diisi penumpang lain. Kalau tidak ada penumpang tunanetra, dibiarkan kosong saja," saran Menteri Perhubungan Freddy Numberi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.